Artikel: Eko Rahmanto | Foto: M. Haris dan Yohanes Kus
Roman Made in Bali. Mendengar judulnya, kita pasti berpikir bahwa drama ini akan berisi roman (suatu karya sastra/kisah bertemakan cinta) yang berasal dari Bali. Namun ternyata bukan itu maksudnya. Drama yang dipentaskan seniman-seniman Indonesia Kita ini mengisahkan Roman, seorang turis, dan Made, pemuda dan seniman asli Bali yang memperebutkan cinta seorang gadis Bali bernama Shita.
Roman, turis asal Kanada yang diperankan oleh komedian Cak Lontong, bersama dengan pemandu wisatanya yang diperankan oleh komik Insan Akbar berkeliling Bali. Bersama-sama mereka mencari eksotisme budaya Bali. Disela-sela turnya keliling Bali, Roman bertemu dengan Shita, seorang gadis Bali yang diperankan oleh Ayushita. Roman pun berusaha mendekatinya, dan menawarkan untuk hidup bersama di Kanada. Celakanya, ada Made, pemuda Bali yang diperankan oleh gitaris kondang Balawan, yang juga naksir dengan Shita. Konflik cinta yang dibalut komedi segar pun tersaji dengan apik sepanjang pementasan.
Selain Cak Lontong, Balawan dan Ayushita, ada pula pemain ketropak kawakan Marwoto, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar, dan Mantan Bupati Gianyar, Bali Cok Ace yang turut berlakon ria. Menyempurnakan kisah ini, ada Kobagi (Komunitas Badan Gila) dengan tarian dan musik tubuhnya, Heny Janawati, dan Ayu Laksmi dengan vokal mumpuninya yang tertuang lewat aksi-aksi teatrikal. Selain itu, ada juga I Made Sidia yang tampilkan nuansa khas Bali lewat wayang bayangan di latar pertunjukan.
Diwawancarai sesaat sebelum pementasan tanggal 13 September 2014, Agus Noor, sutradara dan penulis naskah Roman made in Bali mengatakan bahwa Roman Made in Bali merupakan gambaran dari Bali saat ini. "Dalam kisah ini, Shita sebagai perempuan Bali, itu sebagai simbol dari Bali itu sendiri. Bali yang terbuka terhadap perubahan, dalam hal ini budaya barat yang dibawa turis Roman, datang berakulturasi. Tapi juga ada Made yang melambangkan semangat dan tradisi Bali itu sendiri yang terus tumbuh dan berkembang. Shita harus menentukan pilihan, apakah bersama Made atau Roman."
Agus Noor juga menambahkan bahwa Roman dan tawaran-tawarannya untuk Shita juga menggambarkan reklamasi Teluk Benoa yang sedang heboh di Bali. "Ada orang mau mereklamasi Teluk Benoa, dengan seluruh kekuatan modalnya mempengaruhi penguasa juga masyarakat Bali, tapi juga ada resistensi yang besar. Disinilah Shita sebagai simbol bahwa apa yang terbaik bagi Bali ditentukan oleh masyarakat Bali itu sendiri", ungkapnya.
Roman Made in Bali dipentaskan 12 dan 13 September 2014. Pementasan ini diselenggarakan oleh Indonesia Kita yang digagas oleh Butet Kartaredjasa, dan didukung penuh oleh Djarum Apresiasi Budaya. Bersama-sama mereka telah mementaskan sejumlah lakon. Sebelum Roman Made in Bali, ada drama Matinya Sang Maestro yang dibintangi Didik Nini Thowok. Sama halnya seperti Matinya Sang Maestro, Roman Made in Bali juga mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari masyarakat. Hal ini terbukti dengan tiket yang terjual habis di pementasannya.
Berikut foto-fotonya :-)