top of page
Writer's pictureYudika Nababan

Jakarta Dekade: From the Old Time Best

Artikel: Isthi Rahayu | Foto: Hafidh Nashrullah

Jakarta Dekade_seputarevent (11).JPG

Memories are timeless treasures of the heart. Begitu kira-kira gambaran akan sebuah memori yang dikatakan takkan pernah lekang dimakan waktu. Hal itu pula yang dirasakan oleh tim seputarevent.com saat menyaksikan Konser Jakarta Dekade yang mengusung tema "Exclusive Concert: From the Old Time Best,” pada 15 November 2014 di Balai Sarbini, Jakarta. Konser yang digagas oleh Mahana Live dan berkolaborasi dengan BRI Prioritas, Trans Event, serta Maha Buana Cahaya ini berjanji untuk menghadirkan kembali romantisme musik era 60 hingga 90-an yang pastinya masih digandrungi oleh penikmat musik Indonesia. Suasana “romantisme masa lalu” mulai diembuskan oleh penyelenggara semenjak para penonton memasuki ruang Balai Sarbini. Mamma Mia, First Love, Antara Anyer dan Jakarta atau Don't Sleep Away the Night mulai berkumandang yang diikuti oleh dendangan pelan para penonton. Hingga tepat pukul 20.00, lampu pada venue mulai padam dan suara khas milik Ermy Kulit yang mengalunkan lagu bernuansa swing jazz, Mack the Knife, memecahkan keheningan. Memasuki lagu keempat, suasana Balai Sarbini seketika berubah menjadi riuh tatkala intro tembang “Kasih” dimainkan. Para penonton spontan turut menyanyikan lagu yang populer pada tahun 1986 tersebut dan tanpa ragu turut bergoyang mengikuti irama. Penyanyi yang mengawali kariernya pada awal tahun 70-an ini pun menutup sesi penampilannya dengan tembang “Pertama dan Terakhir.” Konser sesi kedua yang menampilkan 2D (Deddy Dhukun & Dian Pramana Putra) pun dimulai dengan kabar yang kurang mengenakkan. Deddy Dhukun mohon izin pada penonton melalui tayangan video untuk tidak mengikuti konser karena alasan kesehatan yang disambut komentar kecewa para penonton. Dian Pramana Putra pun memasuki panggung seorang diri. Namun tak lama, Deddy Dhukun—dengan dipapah dua orang asisten—memasuki panggung yang disambut meriah oleh para penonton. Diselingi dengan komentar-komentar yang cukup mengocok perut, keduanya membuka sesi konser mereka dengan tembang “Kau Seputih Melati” yang diikuti dengan tembang “Biru.” Lagu “Masih Ada” menjadi lagu penutup yang tak ayal menjadi ajang “singalong” para penonton yang hadir.

Jakarta Dekade_seputarevent (4).JPG

Apabila sebelumnya para penonton dibuai dengan tembang-tembang milik 2D yang bernuansa “slow,” selanjutnya para penonton dihibur dengan tembang yang sedikit up beat milik Fariz RM. Lagu “Hasrat” berhasil membuat suasana lebih menghangat yang dilanjutkan dengan lagu “Kurnia dan Pesona” yang mendapat sambutan meriah dari para penonton. Memasuki tembang ‘Sakura,” para penonton semakin antusias untuk bernyanyi bersama hingga akhirnya masuk pada tembang pamungkas, Barcelona,” yang tak ayal membuat sebagian besar penonton turut bergoyang.

Jakarta Dekade_seputarevent (5).JPG

Selanjutnya penonton kembali dibawa bernostalgia dengan hadirnya Koes Plus yang sejak awal tahun 60-an sudah menghibur para penikmat musik Indonesia dengan nama Koes Bersaudara. Grup band yang kini tinggal menyisakan Yon Koeswoyo tersebut malam itu sukses membawa para penonton yang hadir untuk bernyanyi dan bergoyang bersama. Kendati sudah berusia kepala tujuh, namun Yon Koeswoyo malam itu mampu memeriahkan suasana dengan menampilkan 10 tembang andalan Koes Plus, di antaranya “Why do You Love Me,” “Kisah Sedih di Hari Minggu,” “Pelangi,” dan “Kapan-kapan.”

Jakarta Dekade_seputarevent (8).JPG

Usai menikmati irama up beat yang dibawakan oleh Koes Ploes, selanjutnya para penonton dibawa ke atmosfer menenangkan dengan tembang-tembang milik Daniel Sahuleka yang dibawakan secara akustik. Petikan gitar yang berpadu sempurna dengan suara khas miliknya tak ayal membuat para penontonnya terbuai dalam suasana nan syahdu. Kendati lama tinggal di Belanda, namun ternyata lagu-lagu pria yang sudah aktif di dunia tarik suara semenjak tahun 1976 ini sangat akrab di telinga penonton Indonesia. Sebut saja lagu ”Don’t Sleep Away the Night” dan” You Make My World so Colorful” yang pada malam itu mendapat sambutan sangat meriah.

Jakarta Dekade_seputarevent (9).JPG

Waktu pun terus bergulir hingga menyentuh pukul 12.00 dini hari. Namun rasa kantuk terhalaukan tatkala suara emas milik Sheila Majid yang menyanyikan tembang “Dia” sebagai pembuka berkumandang. Musisi asal Malaysia yang sudah malang melintang di dunia musik Indonesia ini pada malam itu mendendangkan lima lagu yang tiap-tiap lagunya mendapat sambutan hangat dari para penonton yang masih setia memenuhi Balai Sarbini. Siapa yang tak mengenal lagu “Antara Anyer dan Jakarta?” Tembang yang dirilis di akhir tahun 80-an tersebut tampaknya masih membekas di ingatan para penonton yang hadir sehingga ruang Balai Sarbini pun riuh oleh dendangan para penggemar Sheila Majid yang hadir malam itu. Sayangnya, melalui lagu “Aku Cinta Padamu” dan “Sinaran,” penampilan Sheila Majid harus usai pertanda Konser enam musisi legendaris ini pun juga harus berakhir.

Waktu memang tak bisa terulang, namun memori akan selalu ada di hati dan pikiran kita. Malam ini, Jakarta Dekade telah berhasil mendatangkan kembali kenangan-kenangan indah para penonton yang hadir, kendati “hanya” melalui lagu.

Jakarta Dekade_seputarevent (2).JPG
Jakarta Dekade_seputarevent (1).JPG
Jakarta Dekade_seputarevent (3).JPG
Jakarta Dekade_seputarevent (6).JPG

14 views0 comments
bottom of page