Artikel & foto: Akbar Keimas Alfareza
Mahasiswa Program Studi MID (Manajemen Informasi dan Dokumen) Program Vokasi Universitas Indonesia kembali mengadakan kegiatan KAMPUNG MAIN pada Minggu, 30 November 2014. Bertempat di Masjid Al-Furqon Kukusan Teknik Depok, KAMPUNG MAIN kedua ini mengajak warga di sekitar lokasi kegiatan, terutama anak-anak untuk mengenal budaya Indonesia sejak dini.
Kegiatan ini berlangsung selama lima jam mulai pukul 08.00-13.00 WIB dan melibatkan secara aktif mahasiswa serta masyarakat sekitar. Ada beberapa kegiatan dalam KAMPUNG MAIN kedua ini, yaitu mendongeng, bermain dengan beberapa permainan tradisional seperti congklak, gobak sodor, kucing dan tikus, ular naga, injit-injit semut, bekel, dan petak jongkok serta mengenalkan budaya Indonesia secara visual melalui tampilan video yang mudah dimengerti oleh khalayak. Khusus untuk permainan tradisional dimainkan, beragam filosofi terkandung dalam permainan-permainan tersebut. Congklak misalnya mengajarkan tentang berhitung, melatih kesabaran, dan kecermatan. Gobak Sodor mengedepankan bagaimana bekerja dalam tim untuk meraih satu tujuan. Nilai-nilai gotong royong dan bekerja sama menjadi nilai yang dapat dipetik dari permainan tersebut. Sementara petak jongkok membuat stimulasi pada kreativitas, melatih sportivitas, dan mengembangkan kecerdasan spasial pada anak.
Untuk kegiatan KAMPUNG MAIN kedua ini, terpilih tema Muda Berbudaya dengan maksud di kalangan generasi muda terutama anak-anak, pengenalan budaya Indonesia menjadi salah satu cara mengembangkan benih-benih kecintaan dan nasionalisme bangsa. Di tengah gempuran budaya asing serta era borderless country (negara tanpa batas) budaya lokal menjadi oase sebuah bangsa dalam mendefinisikan diri di tengah bangsa-bangsa lain. Tidak terkecuali dengan budaya permainan yang kini didominasi oleh games yang dapat dimainkan di pelbagai gawai (gadget), tanpa perlu aktivitas fisik yang berarti. Bagi anak-anak, kondisi tersebut disadari telah mengingkari naluri sebagai anak-anak yang lekat dengan aktivitas fisik dan bermain bersama dengan teman sebayanya.
Keadaan tersebut tentu menjadi keprihatinan mahasiswa MID. Melalui warisan permainan tradisional yang diangkat kembali ke permukaan tersebut, harapannya anak-anak kelak tidak tercerabut dari akar budaya mereka. Mahasiswa MID merasa perlu untuk mengembalikan keceriaan anak-anak melalui aktivitas fisik yang tidak sekadar memiliki tubuh yang sehat tapi juga mengembangkan karakter sosial yang positif seperti toleran, peduli, dan kerjasama antar anak-anak tersebut. Program kegiatan KAMPUNG MAIN ini akan terus diselenggarakan secara konsisten dan berharap akan terselenggara di tempat-tempat lainnya.