Artikel & foto: Akbar Keimas Alfareza
Tak dapat dipungkiri, kehadiran Festival Teater Jakarta menjadi salah satu saksi sejarah yang cukup diperhitungkan bagi dinamika dan perkembangan teater di Jakarta. Telah diselenggarakan sebanyak 42 kali, Festival Teater Jakarta tetap konsisten melahirkan kelompok-kelompok teater yang cemerlang, yang mampu mempersembahkan karya terbaiknya bagi dunia teater di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah Kelompok Teater El Nama, yang pada 10 Desember 2014 mementaskan naskah "Kocak-Kacik" karya Arifin C Noer. Kendati gerimis yang menghujani bilangan Cikini tak ada tanda-tanda akan berhenti, namun antrean pengunjung yang hendak mengisi daftar tamu di lobi Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki-Jakarta, malam itu cukup panjang. Sementara itu, di luar lobi tampak sejumlah insan teater Jakarta tengah berbincang hangat sembari menikmati kopi dan sesekali memperhatikan serta mengomentari jalannya penyelenggaraan FTJ 2014. Meja registrasi yang berada di depan deretan X-baner kelompok peserta yang memperlihatkan visual nan beragam dengan keunikan desain grafisnya sudah dibuka sejak pukul 19.00. Lalu tepat pukul 20.00, suara gong pun terdengar sebanyak tiga kali yang menandai dimulainya pementasan "Kocak-Kacik" yang disambut dengan derap langkah para penonton yang memasuki gedung Teater Kecil. Naskah "Kocak-Kacik" yang disuguhkan kepada para pengunjung kali ini dianggap masih relevan dengan kondisi sekarang. Kisahnya menggambarkan keadaan Indonesia dari berbagai sudut pandang, mulai dari sistem keluarga, peradilan, sosial, politik, hingga pendidikan. Dalam naskah "Kocak-Kacik" ini, Arifin C Noer telah mendudukkan tokoh utamanya, Darim, yang terus diguncang oleh pertarungan antara idealisme dan kenyataan hidup yang serba materialistis, palsu, otoriter serta penuh korupsi. Begitu kerasnya guncangan tersebut sehingga membuat Darim terombang-ambing (kocak-kacik) sepanjang waktu.
Dalam kondisi terombang-ambing sepanjang waktu, Darim berusaha melawan. Ia tetap berusaha menjadi manusia yang menjaga daya hidupnya bukan menjadi orang yang seperti "batu." Hingga akhirnya Darim memilih melawan dalam kebisuan, dalam keheningannya. FTJ tahun ini memiliki komposisi juri yang terdiri dari Seno Joko Suyono, Dindon WS, Iswadi Pratama, Zen Hae, dan Ugeng T. Moetidjo. FTJ 2014 juga dimeriahkan band lokal Ambience, yang membawakan kagu-lagu hit mereka dan disambut hangat oleh para insan teater Jakarta.