Artikel & Foto: Akbar Keimas
-----
"Setia kepada majikan, itu kami. Jago kungfu, itu kami. Tapi... berpikir, kami sulit..." "Jongos! Kamu itu Jongos!!!" ------ Sebenarnya, ada apa dengan para Jongos keluarga Wang yang gundah gulana alias “galau?” itulah yang berusaha tim www.seputarevent.com untuk cari tahu pada pementasan Chang Bersaudara, persembahan Teater Legiun.
Ya, berbalut tahun baru Imlek 2566 yang akan tiba sebentar lagi, Teater Legiun mempersembahkan pentas bertajuk Chang Bersaudara yang diselenggarakan di Gedung Kesenian Jakarta, pada 6-7 Februari 2015. Yang pasti, dengan aliran komedi realis yang coba ditawarkan kepada para penonton kali ini, Teater Legiun mengadaptasi dialog asli dengan sentuhan pilihan kata modern “kekinian” yang berhasil memancing tawa para penonton.
Kisah klasik ini diambil dari salah satu karya sastra Dinasti Ming kompilasi Feng Menglong. Chang Bersaudara mengisahkan keluarga tukang kayu miskin, Chang, yang tinggal di kota sungai Suzhou. Sang ayah, Chang Jisong, memiliki dua putra bernama Chang Sanbao dan Chang Nushu. Talenta ketiganya dalam membuat kerajinan kayu menarik perhatian juragan kaya raya Tuan Wang. Wang ingin menjadikan Sanbao sebagai putranya karena dia hanya dikaruniai dua putri. Namun niat itu dihalangi oleh berbagai intrik yang melibatkan jabatan, kekuasaan dan kekayaan.
Tanpa terasa, pementasan yang berdurasi selama hampir dari 180 menit ini pun usai sudah. Dibagi menjadi dua babak yang diselingi dengan waktu istirahat selama 20 menit, pelakon Teater Legiun telah berhasil menyuguhkan dialog, monolog, dan sendra tari yang diiringi alunan musik nan apik. Tak hanya itu, pementasan ini pun terasa sempurna karena dipadu dengan tata cahaya yang aduhai. Sang Pemimpin Produksi, David Efkay, tampaknya telah sukses menyuguhkan kisah Chang Bersaudara yang dikemas dengan sentuhan humor dan berlatar belakang kota sungai Suzhou di era Dinasti Ming.
Satu hal lagi yang membuat pementasan ini lebih istimewa adalah ternyata pementasan ini tak sekadar bermaksud untuk menghibur para penonton yang memadati Gedung Kesenian Jakarta pada malam itu semata. Karena, keuntungan yang diperoleh dari penjualan tiket akan disumbangkan kepada Yayasan Home yang memberi bimbingan belajar secara cuma-cuma kepada anak yang kurang mampu. Yang pasti, penampilan teater yang dibentuk pada tahun 2005 dan telah melahirkan beberapa karya seperti Siau Ling (2010) karya Remy Silado dan Pemain Biola Di Atas Atap (2012) ini telah sukses mendatangkan kesan tersendiri bagi tim www.seputarevent.com serta penonton lainnya.