top of page
Writer's pictureYudika Nababan

Goethe Institut Persembahkan Aku Diponegoro

Artikel & Foto: Akbar Keimas Alfareza

Goethe Institut Persembahkan Aku Diponegoro (1).JPG

Sebagian besar generasi muda Indonesia pasti mengenal sosok Pangeran Diponegoro melalui lukisan yang terpampang di ruang-ruang kelas di seluruh pelosok Indonesia, berdampingan dengan para pahlawan nasional lainnya. Namun, bagaimana sebenarnya sosok pangeran yang telah memimpin Perang Diponegoro pada 1825-1830 ini di mata para seniman?

Pameran “Aku Diponegoro: Sang Pangeran dalam Ingatan Bangsa, dari Raden Saleh Hingga Kini” yang bertempat di Galeri Nasional Indonesia ini berupaya untuk membangkitkan kisah luar biasa Diponegoro (1785-1855) sebagaimana digambarkan oleh pelukis-pelukis klasik, kontemporer, maupun khalayak umum. Dikurasi oleh Dr. Werner Kraus, Jim Supangkat, dan Dr. Peter Carey, pameran yang menghubungkan antara masa lalu dan masa kini ini bertujuan untuk mendorong pemahaman lebih dalam akan kenangan budaya yang mengizinkan masyarakat Indonesia untuk membangun gambaran narasi masa lalu dan dengan sendirinya mengembangkan citra dan identitasnya sendiri.

Goethe Institut Persembahkan Aku Diponegoro (5).JPG

Pameran “Aku Diponegoro” dibagi menjadi tiga bagian, yang mana masing-masing bagian menampilkan pendekatan berbeda terhadap sosok Diponegoro: Bagian pertama, Diponegoro di Awal Sejarah Seni Indonesia: Pembentukan Seorang Pahlawan, memusatkan perhatian pada karya seni Indonesia yang mengangkat tema Diponegoro. Sorotan utama bagian pertama adalah lukisan Penangkapan Diponegoro (1857) karya Raden Saleh yang baru saja direstorasi atas bantuan Yayasan Arsari Djojohadikusumo. Lukisan ini dilengkapi juga dengan sejumlah potret Diponegoro,yang digambarkan dengan baik oleh seniman-seniman Indonesia ternama seperti Soedjono Abdullah, Harijadi, Sumodidjojo, Basoeki Abdullah, Sudjojono, dan Hendra Gunawan. Sebagai tambahan akan dipamerkan juga dokumentasi foto dan video yang menjelaskan secara detil proses restorasi yang sudah dilakukan oleh GRUPPE K?ln (Cologne, Jerman), di bawah pimpinan Susanne Erhards.

Goethe Institut Persembahkan Aku Diponegoro (8).JPG

Bagian kedua yang berjudul Diponegoro, Raden Saleh dan Sejarah di Mata Seniman Indonesia memberikan kesempatan bagi sejumlah seniman kontemporer Indonesia seperti Srihadi Soedarsono, Heri Dono, Nasirun, Entang Wiharso dan banyak lainnya, untuk menyajikan pendekatan kontemporer mereka terhadap figur Diponegoro.

Goethe Institut Persembahkan Aku Diponegoro (6).JPG

Bagian ketiga, Sisi Lain Diponegoro, berfokus pada benda-benda yang terkait Diponegoro, seperti fotografi, cukil kayu, kartu remi, buku, komik, poster-poster politis, dan uang kertas. Dengan cara ini, pameran ini menantang tradisi umum terhadap penerimaan seni rupa dan pameran ini dirancang untuk mengisnspirasi diskusi publik tentang kemurnian seni rupa dalam post-modern Indonesia.

Goethe Institut Persembahkan Aku Diponegoro (4).JPG
Goethe Institut Persembahkan Aku Diponegoro (7).JPG
Goethe Institut Persembahkan Aku Diponegoro (2).JPG

Ruangan khusus semangat leluhur yang masih terasa didesain untuk memamerkan jubah putih perang sabil Diponegoro yang asli dan artefak peninggalan pribadi lainnya seperti tombak pusaka dan pelana kuda.

Goethe Institut Persembahkan Aku Diponegoro (3).JPG

Pameran historis ini diprakarsai dan dikoordinasikan oleh Goethe-Institut Indonesien dan merupakan kerjasama antara Galeri Nasional Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Kedutaan Besar Republik Federasi Jerman di Indonesia, Yayasan Arsari Djojohadikusumo, Erasmus Huis, Galeri Foto Jurnalistik Antara, dan Universitas Paramadina. Serangkaian acara seperti diskusi panel dan lokakarya melengkapi pameran ini, termasuk pameran paralel Pangeran Diponegoro dalam Perspektif Belanda sejak 1800 Hingga Kini, di pusat kebudayaan Belanda, Erasmus Huis. Pameran yang berlangsung dari tanggal 12 Februari hingga 8 Maret 2015 ini, memusatkan perhatian pada pengaruh Diponegoro terhadap politik dan masyarakat Belanda di abad ke-19 dan ke-20 melalui surat-surat, manuskrip dan artikel media massa Belanda. Pameran ini menunjukkan hubungan Diponegoro dan negara Belanda yang terus berlangsung dan menginspirasi karya seni rupa.

37 views0 comments
bottom of page