Artikel: Isthi Rahayu | Foto: Isthi Rahayu & Dokumentasi Ratna Ballet School Siapa yang tak pernah mendengar dongeng Hansel & Gretel serta Three Little Pigs? Pastinya, kedua lakon tersebut sudah tak asing lagi di telinga karena seringkali diadaptasi melalui beberapa media, seperti film, buku dongeng, ataupun pertunjukan opera dan balet. Seperti yang disaksikan oleh reporter Seputar Event malam itu, di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ) pada 8 Februari 2015.
Pertunjukan yang diselenggarakan oleh Ratna Ballet School malam tersebut terbilang istimewa karena tak hanya menyuguhkan balet klasik namun juga jazz dan kontemporer. Sebagai pembuka, Ratna Ballet School memilih lakon Hansel & Gretel yang dikemas dalam balutan balet klasik lalu dilanjutkan dengan lakon Three Little Pigs yang dikemas dalam nuansa jazz dan kontemporer.
Mendekati pukul 19.00 WIB, gong dibunyikan dan penonton yang memenuhi selasar GKJ pun bergerak memasuki ruang pertunjukan. Tak seberapa lama setelah lampu pada venue dimatikan, narasi pun mulai berkumandang.
Hansel & Gretel bercerita mengenai sepasang kakak beradik anak seorang petani yang sudah tak memiliki ibu lagi. Malangnya, kebahagiaan mereka berangsur pudar tatkala sang ayah memutuskan untuk menikah lagi. Tak ada lagi gelak tawa dan kehangatan pada keluarga mereka sejak sang ibu tiri tinggal bersama mereka.
Dan ketika musim kemarau berkepanjangan menyebabkan panen gagal sehingga keluarga tersebut dihantui oleh kelaparan, sang ibu tiri pun berfikir keras bagaimana caranya untuk dapat melenyapkan Hansel & Gretel. Dengan penuh tipu daya, sang ibu tiri pun mengajak keduanya untuk mencari jamur di hutan. Di tengah perjalanan sang ibu tiri berujar akan mencari air sementara keduanya tetap mencari jamur. Namun setelah sekian lama, sang ibu tiri tak kunjung kembali yang menyisakan kebingungan pada Hansel & Gretel. Keduanya pun jalan kian kemari tanpa arah hingga akhirnya mereka menemukan sebuah rumah yang terbuat dari kue dan gula-gula.
Di tengah rasa lapar yang mendera, Hansel & Gretel pun mendekat dan tak dinyana ada seorang ibu yang keluar dari rumah nan menggiurkan tersebut. Beragam kue hangat dan roti lezat pun disuguhkan ibu yang baik hati tersebut. Tanpa menunggu lagi, keduanya pun memakan roti serta kue hingga tandas... dan kemudian keduanya tertidur. Ada yang menyeringai gembira bercampur kejam tatkala melihat keduanya tertidur: ibu yang memberikan mereka beragam makanan, yang ternyata adalah seorang penyihir jahat pemakan anak kecil.
Beruntung, keduanya segera tersadar. Dengan segenap keberanian, keduanya pun melawan sang penyihir dan memasukannya ke tungku hingga akhirnya ia mati. Tak disangka, rumah sang penyihir dipenuhi oleh harta karun. Hansel & Gretel pun membawa harta karun sebisanya dan berjalan menyusuri hutan mencari jalan pulang hingga akhirnya mendengar teriakan sang ayah. Hansel & Gretel pun menceritakan apa yang terjadi dan sang ayah murka lalu mengusir ibu tiri keluar dari rumah mereka. Dengan harta karun yang dibawa keduanya, keluarga itu pun dapat hidup bahagia terbebas dari bencana kelaparan.
Sungguh cerita yang mengharukan tersebut bertambah istimewa ketika diinterpretasikan melalui 10 tarian yang memanjakan mata para pengunjung malam itu. Setelah dua tarian pembuka, Baby Blossom dan Pirates, dibawakan, maka pertunjukan pun seakan mengalir melalui rentetan tarian yang di antaranya berjudul Story Telling, Dwan, Hansel & Gretel, To The Forest, Mushrooms, Candy House & The Witch, dan lain-lain.
Setelah jeda selama 15 menit berakhir, maka sajian berikutnya pun dimulai: Three Little Pigs yang dikemas dalam balutan nuansa jazz dan kontemporer. Three Little Pigs bercerita mengenai tiga ekor babi kecil yang masing-masing mendirikan sebuah rumah. Karena malas, si bungsu mendirikan rumah dari jerami dan si tengah mendirikan rumah dari ranting kayu. Sedangkan si sulung yang pintar dan rajin, mendirikan rumah dari batu.
Ketika musim kelaparan tiba, datanglah seekor serigala jahat. Ia menuju rumah si bungsu dan mengembuskan nafasnya kuat-kuat sehingga rumah si bungsu yang terbuat dari jerami pun roboh. Si bungsu segera menyelamatkan diri ke rumah si tengah. Namun serigala jahat pantang menyerah, lalu segera menyusulnya dan kembali meniup serta merobohkan rumah si tengah yang terbuat dari ranting kayu sehingga kedua kakak beradik itu pun melarikan diri menuju rumah si sulung. Serigala kembali meniup rumah si sulung dengan sekuat tenaga, namun kali ini rumah si sulung pun tetap berdiri tegak dan akhirnya mereka bertiga pun selamat.
Memang membangun sebuah rumah dari jerami ataupun ranting kayu tidak selama membangun rumah dari batu. Namun, kesabaran dan ketekunan ternyata membuahkan hasil. Pencapaian memang membutuhkan usaha keras dan waktu yang tidak singkat.
Lakon yang sarat dengan pesan moral tersebut dibawakan secara apik oleh siswa-siswa Ratna Ballet School dalam enam buah tarian yang membuat siapapun yang menyaksikan terpana. Dibuka dengan tarian berjudul Story Telling, secara berturut-turut malam itu dipersembahkan tarian berjudul The Wolf, The Three Little Pigs, Hay, Wood, dan tarian berjudul Stone dipilih untuk menutup pertunjukan malam itu.