Artikel & Foto: Akbar Keimas Alfareza
Mengutarakan keprihatinan akan kondisi anak bangsa tak melulu harus dibalut dalam suasana serius dan menjadi diskusi yang membosankan. Salah satunya dengan menggunakan media kesenian tradisional Indonesia, wayang golek. Anda kenal si Cepot? Nah, si Cepot lah yang kali ini bertutur mengenai kekhawatirannya akan keadaan anak muda saat ini melalui pertunjukan Wayang Cepot bertajuk “Si Cepot Calakan (Pintar)” di Auditorium Galeri Indonesia Kaya pada 1 Maret 2015. Pertunjukan yang dipersembahkan Pojok si Cepot oleh Umar Darusman ini menceritakan tentang maraknya narkoba dan banyaknya pengangguran karena kurangnya kreativitas anak muda. Pojok si Cepot mengangkat kesadaran untuk mendidik jiwa kreatif yang harus dimulai sejak dini, karena pendidikan di sekolah dan di rumah merupakan elemen penting bagi tumbuh kembang jiwa anak muda. Maka, selama sekitar 40 menit, Pojok si Cepot menghibur Penikmat Seni dengan wayang Cepot, Dawala, Gareng, serta wayang karakter orang di antaranya seperti alm. H. Darso (legenda musik pop Sunda), Aa Gym, Rhoma Irama, dan Inul Daratista.
“Pojok si Cepot merupakan salah satu program kesenian yang diharapkan dapat menjaga tradisi kesenian wayang golek di Jawa Barat. Seiring dengan kemajuan zaman, banyak masyarakat yang telah melupakan kesenian ini disaat banyak pelajaran berharga tentang kehidupan sehari-hari yang diterapkan. Terlebih pertunjukan wayang golek ini dikemas dengan candaan jenaka khas Jawa Barat yang tentunya membuat pertunjukan ini semakin menarik. Inovasi mereka dalam menyampaikan pesan yang mengedukasi dan membalutnya dengan seni budaya Indonesia sudah seharusnya kita dukung dan apresiasi,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
Awal berdirinya Pojok si Cepot pada tahun 2004 dipicu dengan kekhawatiran dalang Umar Darusman melihat begitu banyaknya generasi muda yang merasa lebih bangga melihat dan mempelajari budaya-budaya yang justru berasal bukan dari negeri kita sendiri. Dalang yang memiliki panggilan akrab Riswa ini mulai dikenal publik dari program televisi lokal di Bandung yang bertajuk “Pojok Si Cepot.” Beliau mengkombinasikan alat musik barat dan musik tradisional Sunda, yang dibalut dengan materi humor khas Jawa Barat. “Kesenian tradisional dianggap kuno dan membosankan oleh generasi muda lantaran mereka cenderung akrab dengan kebudayaan baru yang lebih mudah diterima, seperti band atau semacamnya. Oleh karena itu, saya selaku dalang harus dapat menyesuaikan diri dengan selera penonton, misalnya melalui penyajian humor segar. Dengan hadirnya konsep Pojok si Cepot ini saya berharap dapat mendekatkan kembali wayang golek ke masyarakat, sehingga mulai dari anak kecil sampai orang tua sadar masih banyak seni dan budaya bangsa yang harus kita lestarikan,” ujar Dalang Umar Darusman.