Artikel & Foto: Akbar Keimas Alfareza

Pameran seni semakin sering bermunculan di Indonesia, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Akan tetapi menjadi ironis karena saat ini sudah cukup banyak sekolah tinggi seni rupa yang mencetak para perupa, namun hanya sedikit yang mencetak para kurator seni. Pendidikan dan buku-buku mengenai kuratorial di Indonesia juga masih tergolong baru dan jauh dari mencukupi. Padahal, fungsi kurator sangatlah penting dalam suatu pameran karena ialah yang menjadi penghubung antara seniman dan penyelenggara dalam membangun wacana. Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) merasa sudah waktunya hadir sebuah buku yang dapat menjadi referensi dan pengetahuan tentang praktik kuratorial seni rupa. Menanggapi hal tersebut, Komite Seni Rupa DKJ bekerjasama dengan Marjin Kiri menerbitkan buku Kurasi dan Kuasa Kekuratoran dalam Medan Seni rupa Kontemporer di Indonesia karya Agung Hujatnikajennong. Buku ini diambil dari disertasi doktoral si penulis berjudul Praktik Kekuratoran dan Relasi Kuasa dalam Medan Seni rupa Kontemporer Indonesia.

“Kami merasa perlu menerbitkan buku ini yang diambil dari disertasi doktoral Agung Hujatnikajennong karena masyarakat luas masih kesulitan untuk mengakses naskah akademik, yang di dalamnya penuh dengan penelitian yang bermanfaat,” ujar Irawan Karseno selaku Ketua DKJ. “Dengan terbitnya buku ini juga menjadi bentuk apresiasi DKJ terhadap para seniman atau perupa yang ada di Indonesia, selain melalui pameran seni rupa. Peluncuran ini diadakan di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta karena diharapkan kedepannya akan ada kerjasama yang baik antara DKJ dengan Perpustakaan Umun Daerah Provinsi DKI Jakarta untuk menerbitkan buku-buku seni dan budaya lainnya,” tambah Irawan Karseno. Acara yang digelar pada Jumat, 20 Maret 2015 tersebut diisi diskusi dengan narasumber Hendro Wiyanto (Kurator),Tommy F. Awuy (pengajar filsafat dan pengelola galeri), dan Agung Hujatnikajennong (penulis buku dan kurator). Diskusi ini dimoderatori oleh Irawan Karseno, anggota Komite Seni Rupa DKJ yang juga merangkap sebagai Ketua Umum Dewan Kesenia Jakarta.


Istilah, praktik, dan profesi “kurator” yang belakangan marak di dunia seni rupa Indonesia sesungguhnya nyaris tak pernah ditemukan dalam wacana seni rupa Indonesia sebelum era 1990an. Mengapa Demikian? Adakah kaitan antara “kurator” dengan wacana “seni rupa kontemporer” yang juga berkembang dari kurun waktu yang sama? Buku ini mengupas sejarah teori dan praktik kekuratoran baik di barat maupun dalam konteks yang khas Indonesia, beserta relasinya dengan kuasa-kuasa lain yang bekerja dalam medan seni rupa, baik itu kuasa politik maupun kuasa ekonomi. Buku ini adalah sebuah sumbangan penting bagi kepustakaan dan kajian seni di Indonesia.
