top of page
Writer's pictureYudika Nababan

Menghabiskan Sore Bersama Kartini-Kartini Hebat

Artikel: Isthi Rahayu | Foto: Yudika Nababan, Suhendi

“Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata "Aku tiada dapat!" melenyapkan rasa berani. Kalimat "Aku mau!" membuat kita mudah mendaki puncak gunung. -R. A. Kartini Tak ada yang dapat membuat perjuangan dua “Kartini-Kartini” modern ini selain kata “Aku Mau.” Dengan segala keterbatasan dan tantangan, kedua wanita ini telah mempersembahkan sumbangsih terbesarnya bagi sesama perempuan. Dari perempuan, untuk perempuan. Sore itu, tim Seputar Event berkesempatan untuk menghadiri talk show bertajuk “Kartini-Kartini Hebat” yang masuk ke dalam rangkaian acara Festival Kartini 2015. Pada acara yang dihelat di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau, Jepara, tersebut, tampak Andy F. Noya yang dikenal sebagai pembawa acara Kick Andy di salah satu stasiun TV swasta memandu jalannya acara. Semilir angin Pantai Kartini membuat sore tersebut menjadi istimewa. Semakin spesial karena kehadiran dua “Kartini” masa kini, Irma Suryani sebagai penginisiasi Lembaga Biyung Emban asal Kebumen dan Peni Budi Astuti sebagai penggagas Komunitas Preman Super asal Malang. Merasa penasaran dengan kiprah dua wanita tersebut, tim Seputar Event pun serasa tak ingin beranjak dari jalannya event yang diselenggarakan pada 20 April 2015 tersebut. Setelah sebelumnya dibuka dengan games yang melibatkan para penonton laki-laki, talk show sesi pertama pun diisi oleh Peni Budi Astuti sebagai penggagas Preman Super. Dan penampilan Ibu Peni sore itu pun membuat tim Seputar Event bingung, karena tidak ada sedikitpun tampilan preman pada wanita asal Malang ini. Ternyata Preman Super adalah kepanjangan dri Perempuan Mandiri Sumber Perubahan. Ibu Peni mungkin “hanya berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga.” Namun ibu rumah tangga dengan dua anak ini berusaha dengan gigih untuk memberdayakan sektor informal yang berujung pada peningkatan taraf hidup perempuan lainnya. Para perempuan yang diajaknya bergabung dalam Preman Super berasal dari berbagai kalangan, di antaranya pemulung dan penderita cacat. Para anggota Preman Super tersebut dilatih untuk membuat beragam usaha, di antaranya di bidang produksi makanan dan minuman, serta usaha fesyen. Yang membuat istimewa, beberapa produksi makanan dan minuman dari anggota Preman Super tersebut kini sudah diajukan pengurusan merek dagangnya. Berangkat dari sektor ekonomi, akhirnya Preman Super melebar ke berbagai hal, semisal kepemimpinan, kesehatan, dan hukum. Ibu Peni senantiasa menanamkan para anggotanya untuk “melek hukum,” karena banyak sekali perempuan yang tergabung dalam Preman Super mendapatkan perlakuan rumah tangga yang tidak baik. Tak hanya itu, Preman Super juga memberikan penyadaran pada para anggotanya yang juga bekerja akan hak-haknya sebagai karyawan. Ketika ditanya mengapa salah satu yang ia bina adalah pemulung, maka Ibu Peni menjawab jika para pemulung tersebut sebenarnya sangatlah tangguh. Mereka pada dasarnya tak ingin menjadi pemulung, namun keadaan lah yang memaksa mereka untuk menjalani profesi tersebut. Oleh karena itu, Ibu Peni memberikan mereka pelatihan agar ibu-ibu pemulung tersebut memiliki kemampuan lain.

Saat ini anggota Preman Super berjumlah 300 orang. Dan kendala yang harus dihadapi oleh masing-masing anggota saat ini adalah waktu. “Kalau dulu penyebab anggota Preman Super susah berkumpul adalah dilarang keluarga karena ‘belum ada hasilnya,’ sekarang ibu-ibu ini tidak bisa berkumpul karena usaha mereka yang sudah maju membuat mereka jadi kekurangan waktu,” pungkas Ibu Peni.

Sesi kedua diisi oleh perempuan super lainnya, Irma Suryani. Wanita yang saat ini berdomisili di Kebumen ini membuktikan, jika penyandang cacat pun dapat berkarya dan tak sekadar bisanya meminta belas kasih orang lain. Ya, sejak kecil Suryani memang mengidap polio yang menyebabkannya harus menggunakan alat bantu jalan kruk hingga saat ini. Selepas mengenyam pendidikan di bangku SMA, Irma pun mencoba untuk melamar pekerjaan di beberapa perusahaan. Namun sayang, karena kondisinya yang cacat, ia mengalami diskriminasi sehingga tidak diterima di perusahaan manapun. Namun kejadian inilah yang menjadi pelecut baginya sehingga dapat meraih kesuksesan hingga saat ini. “Saya harus menciptakan pekerjaan, sehingga tidak perlu melamar kerja,” tekadnya saat itu yang ia lanjutkan dengan menyusun ulang hidupnya.

Dengan memanfaatkan limbah garmen, Irma pun membuat kreasi yang awalnya ia jahit satu persatu menggunakan tangan. Melalui tangan dinginnya, limbah yang sedianya hanya bisa mencemari lingkungan tersebut akhirnya berubah wujud menjadi bed cover, taplak, keset, dan lain-lain. Tak dinyana, usahanya melejit hingga ia mampu mempekerjakan 30 orang karyawan dengan omzet sebesar Rp850 juta perbulan. Namun nahas tak dapat ditolak, tiga kios yang dimilikinya hangus terbakar sehingga membuat Irma kehilangan mata pencaharian. Kalau sudah jalan jangan menoleh ke belakang menjadi prinsip yang selalu dipegangnya saat ini. Dengan kondisi sulit bahkan harus menyisakan utang ratusan juta, akhirnya Irma pindah ke Kebumen dan merintis usahanya kembali dari nol. Tak memiliki uang di kantong membuat Irma memberanikan diri untuk mengajukan proposal kepada Bupati Kebumen saat itu, Rustriningsih. Gayung pun bersambut, Rustriningsih mengundang semua penyandang cacat di seluruh Kebumen yang berjumlah sekitar 300 orang. Terbentuklah paguyuban penyandang cacat yang diketuai Irma. Dari modal yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Kebumen, Irma bersama paguyuban penyandang cacat yang diinisiasinya pun membuka usaha kain perca. Dengan kreativitasnya, kain sisa industri garmen dibentuk menjadi beragam produk keset yang unik, di antaranya berbentuk bunga, karakter kartun, binatang, dan lain-lain. Saat ini keset produksinya sudah menembus pasar internasional dan telah mengayomi ribuan penyandang cacat yang ingin berkarya. Tak salah rasanya jika judul talk show sore ini adalah “Kartini-Kartini Hebat.” Karena tanpa mengangkat senjata pun, para wanita ini sudah menjadi seorang pejuang ekonomi yang telah membantu mengangkat perekonomian wanita di sekitarnya.

Menghabiskan Sore Bersama Kartini-Kartini Hebat (9).JPG
20 views0 comments
bottom of page