Manusia pada umumnya selalu menyukai hal-hal yang baru. Dan terkadang, definisi baru bisa berupa modifikasi sederhana pada sesuatu yang sudah lama atau usang. Tapi apakah yang baru kemudian akan disukai oleh banyak orang, ternyata bukanlah pertanyaan yang mudah dijawab. Dalam hal desain, definisi kebaruan atau kekinian erat kaitannya dengan fungsi, nilai ekonomi, nilai estetik, dan aspek lainnya. Hal ini kemudian menjadi bertambah pelik ketika subjektivitas manusia yang ternyata erat kaitannya dengan situasi dan permasalahan yang mereka hadapi, turut menentukan apakah sesuatu yang baru itu kemudian akan mereka terima dan kemudian menjadi suatu tren yang diikuti oleh banyak orang. Dalam dunia fesyen, kata “tren” menjadi sesuatu yang sangat penting, baik bagi perancang, pelaku usaha, ataupun pengamat hingga konsumen. Tren juga seakan menjadi sesuatu yang misterius yang harus diperhitungkan, diprediksi, bahkan terkadang disebut sebagai “ramalan” yang terkesan tidak pasti. Seminar Trend Forecasting 2016/2017 dengan tajuk “Resistance” yang merupakan kerjasama APPMI-JFFF dan BDA Desain seakan menepis anggapan mengenai ketidakpastian prediksi tren, baik dalam fesyen maupun desain pada umumnya. Seminar yang dilaksanakan 27 Mei 2015 di Studio 2 XXI Mal Kelapa Gading tersebut memaparkan kajian-kajian ilmiah berdasarkan riset yang mendalam mengenai perilaku, pola pikir, permasalahan, dan sumber daya manusia dalam mempertahankan hidupnya (resistensi). Diharapkan seminar dan buku Trend Forecasting 2016/2017 dapat menjadi acuan para pekerja kreatif dalam berkarya.
“Trend forecasting adalah suatu pendekatan ilmiah untuk memahami perubahan pola pikir masyarakat di kota-kota besar di seluruh belahan bumi. Dengan memahami perubahan yang terjadi, akan memudahkan untuk membaca perubahan selera konsumen. Trend forecasting menjadi sangat penting bagi industri dan dunia industri kreatif/ekonomi kreatif, sehingga inspirasi dalam membuat desain baru akan selalu mendapat informasi terkini. Desain yang laku di pasar akan memberikan lapangan pekerjaan yang berkelanjutan,” menurut Irvan Noe’man (alm) yang merupakan pendiri dari BD+A Design. Ini adalah tahun ketujuh BD+A Design meluncurkan buku Indonesia Trend Forecasting kepada masyarakat dan dalam seminar kali ini mengundang siswa-siswi sekolah mode di Jakarta sebagai bagian dari upaya memasyarakatkan Indonesia Trend Forecasting 2016/2017. Hadir sebagai moderator adalah Taruna K. Kusmayadi (Ketua Umum APPMI), Dina Midiani (Direktur Indonesia Fashion Week), dan Tri Anugrah & Kafin Noeman (BD+A Design). Pada kesempatan itu dilakukan pula pemutaran video yang menyampaikan hasil riset dan temuan teknologi terkini oleh Isti Dhaniswari periset tren dari Nuremberg, Jerman. Seminar ini berlangsung sangat menarik karena juga menampilkan video terapan kajian dan riset Indonesia Trend Forecasting 2016/2017 pada peragaan busana saat upacara pembukaan IFW 2015 Februari 2015.
Berikut adalah 4 tema desain yang direkomendasikan dalam Indonesia Trend Forecasting 2016/2017, dikutip dari rilis pers Rèsistance 2016/17 Trend Forecasting Book 26 Februari 2015:
Tema BIOPOP : Kemajuan riset-riset synthetic biology memberikan harapan baru dengan terciptanya material-material dan generator energi baru. Sebuah harapan yang memberikan aura kegembiraan, tercermin dalam produk produk yang dibuat dengan dorongan bermain tinggi dan warna-warna cerah.
Tema HUMANE : Pertanyaan apakah manusia akan berevolusi menjadi cyborgs di masa depan, disangkal oleh perkembangan wearable technology, yang justru memungkinkan manusia membatasi diri dari ketergantungannya pada teknologi dan kembali kepada fungsi kemanusiaannya.
Tema COLONY : Perubahan iklim dunia menimbulkan paradigma mengenai kelayakan permukaan bumi sebagai ruang hidup, menghasilkan pemikiran mengenai penciptaan sebuah koloni alternatif yang bisa menjamin kelangsungan hidup generasi masa depan.
Tema REFUGIUM : Kondisi darurat yang seringkali tak disadari menjadi permanen itu menjadikan dasar pemikiran kemanusiaan untuk memberi keamanan dan kualitas hidup dalam situasi penuh keterbatasan dengan menggunakan konsep-konsep inovasi frugal.
Sebagai penutup acara, para pembicara sepakat dan menekankan bahwa apa yang dipaparkan dalam buku Indonesia Trend Forecasting 2016/2017 bukanlah untuk ditiru tapi untuk menjadi inspirasi, terutama dalam mengangkat kekayaan lokal Indonesia menjadi desain yang unik, yang bisa diterima konsumen Indonesia dan dunia demi tercapainya Indonesia sebagai salah satu pusat mode dunia pada tahun 2025.dengan unsur budaya Indonesia.