Artikel & Foto: Akbar Keimas Alfareza
Pernahkah Anda berpikir memiliki karakter ganda dalam diri Anda seperti halnya film ‘The Mask’ yang disutradarai Charles Russell? Hal itulah yang terjadi dalam lokakarya topeng Polandia yang digelar Komunitas Salihara pada 27—28 Juni 2015 lalu. Mendalami karakter satwa dan mencipta sebuah topeng sesuai karakter yang diinginkan menggunakan beragam benda tak terpakai sekaligus mengajarkan para peserta melihat lebih luas perbedaan karakter hewan dan manusia. Lokakarya ini merupakan bentuk kampanye pemanfaatan sampah dengan menggabungkan nilai-nilai seni rupa dan seni pertunjukkan. Lokakarya yang dihelat Komunitas Salihara atas dukungan Kedutaan Besar Polandia di Jakarta ini bermula dari menggeliatnya dunia seni panggung dan peran di Indonesia, sehingga membuat Komunitas Salihara terpacu memberikan wadah bagi para penggelutnya. Salah satu bentuk seni pertunjukkan yang cukup banyak diminati adalah teater obyek. Teater obyek yang pada proses kreatifnya membutuhkan media benda mati sebagai inti dalam pementasan ini berusaha mengkolaborasikan manusia dan benda untuk melebur menjadi kesatuan yang dapat menciptakan sebuah kisah atau pun makna. Teater obyek dan penggunaan topeng satwa ini mengadaptasi kultur budaya topeng Eropa, khususnya di Polandia. Para peserta diperkenalkan keterampilan membuat topeng satwa untuk pementasan dan berakting untuk menghidupkan karakter binatang itu di atas panggung. Peserta juga diajarkan berteater mengggunakan boneka dan benda-benda lainnya.
Loka karya yang diampu oleh Daniel Arbaczewski dan Arkadiusz Klucznik ini menghasilkan sebuah pementasan unik, beragam media benda tak terpakai dipentaskan begitu apik dan memukau mata. Tiadanya dialog justru menjadikan pementasan ini berbeda dari pementasan lain terlebih dengan metode memahami karakteristik satwa. Daniel adalah aktor dan sutradara. Sementara Arkadiusz, disamping sebagai sutradara, ia merupakan seorang dosen di State Puppetry Institute, Wroclaw. Keduanya bergiat di Andersen Theatre di Lublin, Polandia. Seluruh peserta yang mengikuti lokakarya ini adalah mereka yang telah lulus dari serangkaian seleksi mulai dari seleksi berkas hingga wawancara. Setelah berlatih selama dua hari, di akhir rangkaian para peserta dibagi menjadi dua kelompok untuk menampilkan sebuah pementasan kecil sebagai hasil akhir dari lokakarya.