top of page
Writer's pictureYudika Nababan

Balawan & Batuan Ethnic Fusion Buka Forum World Music Salihara 2015

Artikel & Foto: Akbar Keimas Alfareza

Hadirnya bulan Agustus selalu memberi makna cinta Tanah Air bagi rakyat Indonesia. Dengan semangat nasionalisme tersebut pula Komunitas Salihara mempersembahkan rangkaian acara yang mengangkat serta menggabungkan kebesaran dan keindahan musik tradisi Nusantara dan dunia, yakni Forum World Music Salihara 2015 pada 5—9 Agustus 2015.

Beragam musik yang disajikan berkelas adalah hasil eksplorasi para musisi Tanah Air yang telah melanglang buana ke mancanegara untuk memperdalam keahliannya. Acara ini menghadirkan serangkaian karya musik yang berangkat dari khazanah tradisi Nusantara dan dunia. Diharapkan program ini dapat mendorong apresiasi masyarakat sekaligus menunjukkan bahwa terdapat banyak materi dan nilai yang dapat digali dalam seni musik serta memberikan perspektif baru kepada para pelaku dan penikmat musik. Melalui eksplorasi yang dalam inilah para musisi yang tergabung di Forum World Music Salihara akan meramu berbagai musik etnik dari berbagai belahan dunia seperti Timur Tengah, Tiongkok, Melayu, Eropa hingga Afrika dengan musik tradisi Nusantara.

Dalam gelaran pembukanya 5 Agustus 2015 kemarin, Forum World Music Salihara menghadirkan Balawan & Batuan Ethnic Fusion. I Wayan Balawan yang dikenal kemampuannya memainkan gitar dua leher dan gaya bermain gitar dengan sentuhan delapan jari (touch tapping style) tampil bersama Batuan Ethnic Fusion yang didirikannya 22 Juni 1997 silam di tanah kelahirannya, Batuan, Gianyar, Bali. Para penonton sudah memadati kawasan Komunitas Salihara sejak pukul 18.00 WIB demi menyaksikan sajian musik berkelas dengan nuansa tradisi adat Bali. Tidak hanya sekadar memperdengarkan musik, Balawan & Batuan Ethnic Fusion pun memberikan sentuhan teatrikal. Pementasan teater musikal ini secara garis besar menceritakan kehidupan para musisi tradisi Bali yang kurang mendapat apresiasi sehingga mereka harus bekerja sebagai buruh kasar demi bertahan hidup. Kecintaan akan tradisi Nusantara dari para musisi ini membuat mereka tetap melestarikan musik tradisi dengan segala keterbatasan. Sebuah totalitas yang mengagumkan dalam bermusik.

Balawan yang belajar jazz di Australian Institute of Music ini, bersama Batuan Ethnic Fusion membuka dengan sajian jazz fusion berirama pentatonik gamelan Bali dalam single-nya ‘Spirit of The Rhythm’. Musisi yang telah melanglang buana hingga tampil di East Meets West Gittaren Festival Edenkoben Germany Tour di Jerman tersebut memang selalu memasukkan nilai-nilai pentingnya apresiasi dalam upaya pelestarian seni dan budaya Indonesia. Selama lebih dari 90 menit penonton tidak henti-hentinya terperangah oleh sajian kolaboratif bunyi dan permainan gitar Balawan dengan bas, kibor, drum, kendang, gamelan besi, gamelan kayu, cengceng, reong hingga suling. Sepuluh lagu dibawakan dengan apik: ‘Spirit of The Rhythm’, ‘Take and Give’, ‘Forest’, ‘Dondapdape’, ‘One Day I Will Make It’, ‘See You Soon’, ‘War Perang Mesiat’, ‘Bali Beach’, Pasar Malam’ dan ‘Sunrise’. Pada penampilannya, musisi yang telah merilis tiga album: Five in One (2011), Trisume—1st Edition (2007), dan Trisum (2006) ini turut menggaet beberapa nama andal sebagai pendukung seperti Ayu Kamaratih pada vokal, Carbini Asteriska pada tari dan Baron pada gitar. Pada akhir penampilan, Balawan & Batuan Ethnic Fusion berharap agar program ini dapat memberikan kontribusi dan inovasi baru bagi dunia musik Indonesia.

26 views0 comments
bottom of page