Indonesia Fashion Week dan Kementrian Perindustrian Indonesia mendukung 8 desainer tanah air untuk mengikuti pameran dagang bertajuk Who’s Next yang akan diadakan di Paris, Prancis. Dalam press conference Indonesia Fashion Week untuk Who’s Next yang dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus 2015, mereka memamerkan hasil karya 8 desainer Indonesia yang akan terbang ke Prancis pada awal September nanti. Pada hari Senin, 31 Agustus 2015, Conclave Kemang diramaikan oleh model-model dan desainer local brand asal Indonesia yang siap mendunia. Hasil karya kedelapan desainer yang dipamerkan dalam acara press conference tersebut akan dipromosikan di pameran dagang kelas dunia, Who’s Next, di Porte de Versailles, Paris. Kedelapan desainer tersebut adalah Ali Charisma, D’Tale, Flobamore, Lenny Agustin, Ming, Oka Diputra, Sav Lavin, dan Sofie Design. Memperkenalkan Motif dan Bahan Asli Indonesia Produk-produk terpilih yang akan ditampilkan dalam pameran dagang Who’s Next adalah produk lokal dengan desain yang menonjolkan ciri etnis Indonesia atau menggunakan bahan-bahan asli dari Indonesia. 5 dari 8 desainer terpilih tersebut diberi kesempatan untuk mempresentasikan produknya dalam press conference Indonesia Fashion Week untuk Who’s Next. Ali Charisma menggunakan batik dari sritex dan menonjolkan ikat pinggang kulit domba asli Indonesia. Targetnya adalah memperkenalkan busana asli Indonesia kepada buyer asal Timur Tengah dan Amerika. Adapun Flobamore ingin membawa motif kain Nusa Tenggara Timur agar mendunia. Dengan tema elegan, glamor, modern, dan umum, Flobamore ingin memperkenalkan fabric asli dari Indonesia kepada masyarakat global.
Tema “Borneo” pun diambil oleh dua desainer lokal tanah air, yakni Lenny Agustin dan Sav Lavin. Motif Borneo mendapatkan perhatian tersendiri oleh buyer dan kurator Who’s Next sehingga kedua desainer tersebut mendapatkan spot untuk mempromosikan produk mereka di Paris. Lenny Agustin membawakan look yang ia perkenalkan dalam Indonesia Fashion Week 2015 lalu. Dress dengan sulaman motif Borneo satu badannya kini dapat terjual seharga Rp1,5 juta. Sav Lavin, di lain sisi, mengangkat metafora tato Borneo. Bordir laser cut yang terdapat dalam desainnya didapatkan dari kepercayaan masyarakat borneo untuk membuat tato. Sav Lavin ingin memperkenalkan permainan metafora tersebut di Who’s Next nanti. Selain memperkenalkan motif etnis asal Indonesia, dua desainer lainnya menonjolkan produk yang minimalis. D’Tale siap membawakan koleksi spring/summer 2015 yang bertajuk Invisible Death. Terinspirasi dari polusi udara, D’Tale memperkenalkan koleksi monokromatis dengan motif asap dan warna biru muda yang merepresentasikan langit. Adapun Sofie Design akan pergi ke Paris dengan koleksinya yang laku di pasaran Indonesia. Ia ingin membandingkan selera masyarakat Indonesia dan masyarakat global dengan mempertunjukkan produknya ke buyer dunia. Fasilitas dari Kementrian Perindustrian Indonesia Indonesia Fashion Week yang kini sedang berjalan memasuki tahun kelimanya, mendapatkan begitu banyak dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak. Salah satu kerja sama yang terjalin antara Indonesia Fashion Week dan pemerintah adalah kerja sama dengan Kementrian Perindustrian. Dalam persiapan menuju Who’s Next, Paris, Kementrian Perindustrian telah memfasilitasi keikutsertaan kedelapan desainer asal tanah air tersebut.
Kementrian Perindustrian menyediakan lima fasilitas kerja sama untuk 8 desainer dan Indonesia Fashion Week. Kelima fasilitas tersebut antara lain adalah Kompetensi SDM, Teknologi atau Mesin, Standar, Hak Kekayaan Intelektual, dan Promosi. Kementrian Perindustrian menyediakan pelatihan desain, potong, dan jahit untuk meningkatkan kompetensi SDM Indonesia agar produk lokal dapat bersanding dengan produk luar negeri. Selain itu, mereka juga menyediakan bantuan peralatan mesin dalam jumlah besar ataupun bantuan individu untuk penggiat fashion. Bantuan tersebut merupakan subsidi sebesar 50% untuk pembelian mesin dalam negeri dan subsidi sebesar 35% untuk pembelian mesin asal luar negeri. Harga mesin yang digunakan untuk mass production tersebut dapat berkisar dari Rp30—500 juta. Standar Nasional Indonesia juga merupakan salah satu fasilitas yang diberikan oleh Kementrian Perindustrian. Ukuran baju yang sebelumnya tidak standar akan distandarkan. Pemerintah akan memberikan label SNI terhadap pakaian jadi yang akan diproduksi. Selain itu, desainer juga mendapatkan hak kekayaan intelektual dan promosi terhadap produknya. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan penerbitan katalog motif. Harapan untuk Produk Fashion Indonesia Ali Charisma, Presiden Direktur Indonesia Fashion Week, dan Euis Saedah, Dirjen Industri Kecil Menengah, Kementerian Perindustrian, melihat keberangkatan 8 desainer asal Indonesia tersebut sebagai titik terang kebangkitan produk fashion Indonesia. Dengan menghadiri pameran dagang internasional, produk fashion Indonesia diharapkan dapat terangkat dan kemudian menjadi layak ekspor. Euis Saedah pun mengatakan bahwa dukungan yang diberikan oleh Kementrian Perindustrian terhadap kegiatan tersebut adalah bagian dari tanggung jawab mereka untuk menciptakan wirausaha-wirausaha yang kreatif dan inovatif. Ia berharap produk Indonesia yang memiliki nilai craft tinggi dapat bersaing dengan mass product yang dibuat oleh negara lain. Indonesia Fashion Week yang dari tahun ke tahun mendukung penuh “Local Movement” akan memberangkatkan 8 desainer lokal tanah air ke Paris, Prancis untuk acara pameran dagang internasional. Who’s Next akan diselenggarakan pada tanggal 4—7 September 2015 di Private Area, Stand A68 Hall 2.2., the Parc des Expositions, Porte de Versailles, Paris Prancis.