Ketika kita berbicara mengenai sejarah seni rupa di Indonesia, maka satu nama yang tak bisa dilepaskan dari ingatan kita adalah almarhum Basoeki Abdullah, maestro seni lukis beraliran realis dan naturalis yang pada tahun ini genap berusia 100 tahun. Banyak sudah karya-karya yang telah dihasilkan oleh cucu Dr. Wahidin Sudirohusodo ini. Dikenal sebagai sosok pelukis potret, Basoeki Abdullah banyak melukis tokoh-tokoh penting mulai dari artis terkenal, pejabat dan kepala negara Indonesia maupun tokoh-tokoh penting dari negara tetangga. Tak hanya lukisan potret, Basoeki Abdullah juga terkenal piawai menyajikan keindahan alam serta flora dan fauna yang ia tuangkan di atas kanvas dengan apiknya. Hingga kini, lukisan-lukisan Basoeki Abdullah tersebar di Indonesia dan manca negara sehingga ia juga dijuluki sebagai Duta Budaya Indonesia. Untuk mengenang Sang Maestro yang telah memberi warna dalam perjalanan dan wacana seni rupa di Indonesia, juga untuk melihat kisah perjalanan hidup, pemikiran, serta proses berkarya pelukis kelahiran 27 Januari 1915 ini, diselenggarakanlah pameran lukisan karya Basoeki Abdullah yang diberi tajuk “Rayuan 100 Tahun Basoeki Abdullah.” Museum Nasional Indonesia yang terletak di Jln. Merdeka Barat No. 12, Jakarta, dipilih menjadi tempat diselenggarakannya pameran yang digelar pada 21—30 September 2015 ini. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Anis Baswedan, yang secara resmi membuka pameran ini pada tanggal 21 September 2015 memberikan apresiasi yang mendalam dan memandang Basoeki Abdullah sebagai sosok nasionalis yang berjasa bagi Indonesia melalui karya lukisnya. Anis secara khusus menyebut lukisan patriotik Pangeran Diponegoro, Patimura, Tuanku Imam Bonjol, dan RA. Kartini adalah buah tangan yang luar biasa dan menjadi sumbangan besar Basoeki Abdullah bagi pelajaran sejarah Indonesia di sekolah-sekolah. Karena imajinasi beliaulah bangsa ini bisa mengenal sosok-sosok pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Saat ini, Basoeki Abdullah ltelah meninggalkan lukisan yang berjumlah 123 buah serta rumah kediamannya yang dihibahkan kepada pemerintah untuk dijadikan museum. Diakui pula, sosok Basoeki Abdullah yang meninggal pada tahun 1993 ini cukup kontroversial di zamannya bahkan mungkin, hingga saat ini. Ia dipuji sekaligus dikritik banyak orang. Kehidupannya yang eksklusif dan terbatas hanya dengan tokoh-tokoh penting serta lukisannya yang dianggap hanya menampilkan obyek yang indah, seolah menjadi ganjalan bagi seniman-seniman sejawatnya. Tak hanya itu, sebutan perayu wanita pun kerap disematkan pada pelukis kelahiran Surakarta ini. Tidak dapat dipungkiri, Basoeki memang banyak dikelilingi oleh wanita wanita yang tak hanya cantik, tapi sebagian dari mereka juga terkenal. Kurator Mikke Susanto dan Bambang Asrini Wijarnarko memberikan tema “Rayuan 100 Tahun Basoeki Abdullah” untuk pameran kali ini. Kata “rayuan” dapat diartikan sebagai bujukan, janji, juga hiburan untuk menyenangkan hati. Basoeki Abdullah, sosok yang pernah menjadi pelukis resmi Istana Merdeka ini, dianggap telah meninggalkan jejak berupa rayuan. Buah karyanya merupakan rayuan atau hiburan bagi yang menikmatinya. Kedua kurator tersebut juga memberikan sentuhan kekinian pada pameran ini. Mereka mengajak para perupa seperti Budi Pradono Architect, Mata Art Space, Komunitas 12 Pas, Komunitas WPAP, Teguh Ostentrik, Farhan Siki, Agus Novianto, Yani Sastranegara, Jerry Thung, Paul Hendro dan Sudigdo serta perupa Pasar Baru untuk turut berpartisipasi dengan memamerkan karya-karya kontemporer mengenai interpretasi mereka akan sosok Basoeki Abdullah. Selain itu juga diadakan kompetisi ilustrasi bagi komunitas Wedha Pop Art Potrait (WPAP) serta pameran pendukung yang diselenggarakan di Galeri Rumah Jawa, serta beberapa seminar mengenai karya-karya Basoeki Abdullah. Akhirnya, mengutip harapan Anis Baswedan, “perayaan 100 tahun Basoeki Abdullah hendaknya menjadi tonggak untuk melihat ke depan, menjawab tantangan untuk melahirkan maestro-maestro lainnya dan menjadi inspirasi bagi anak muda Indonesia untuk memberi warna atas potret Indonesia kini dan menjadikan Indonesia lebih baik di masa mendatang.”
top of page
bottom of page