Jakarta adalah sebuah ibukota multicultural tempat semua suku bangsa berbaur dan hidup bersama, saling membantu, menghidupi, dan membentuk wajah ibukota tercinta ini. Jakarta juga adalah ibukota bagi beragam budaya baik seni tradisional maupun modern. Lebih dari itu, di Jakartalah budaya kontemporer Indonesia dilahirkan dan dikembangkan. Oleh karena itu, pada tahun 2015 ini Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, bekerjasama dengan Dewan Kesenian Jakarta, kembali menggelar Jakarta Biennale, sebuah perhelatan akbar dua tahunan seni rupa kontemporer berskala internasional. Dengan mengusung tema “Maju Kena, Mundur Kena: Bertindak Sekarang”, yang mengacu pada gagasan untuk berkonsentrasi pada masa kini sembari menolak memanjakan diri pada nostalgia atau pun melarikan diri menuju masa depan yang utopis. Jakarta Biennale mengajak kita semua untuk mengubah segala sesuatu menjadi lebih baik. Dengan adanya Jakarta Biennale, diharapkan masayarakat seni Jakarta tidak hanya duduk terdiam tanpa berbuat apa-apa sambil mengenang masa-masa kejayaan dulu kala. Oleh Jakarta Biennale, kita diajak pula untuk belajar merangkai pelajaran dari masa lalu dan kemungkinan masa depan demi memahami masa kini. Seni dalam implementasinya mampu menggerakkan kehidupan menjadi lebih hidup dan berbudaya. Jakarta Biennale lewat seluruh aktivitasnya mampu memberikan kontribusi seignifikan dalam menghadirkan wajah Jakarta yang semakin indah, sedap dipandang mata, sekaligus mengangkat citra Jakarta sebagai Kota Budaya. Meski diselenggarakan di sebuah kawasan pergudangan, yang bukan umumnya dijadikan arena pameran seperti layaknya galeri atau pun gedung ber-AC, hal ini malah menjadi sebuah tawaran baru untuk keluar dari zona nyaman dan lebih mendekatkan masyarakat dengan karya. Dalam konteks Indonesia, di mana yang dihadapi adalah kekurangan dan ketimpangan infrastruktur seni rupa, kita harus berhenti berilusi tentang kondisi-kondisi ideal yang kita bayangkan terjadi di tempat lain. Keterbukaan dan kesempatan untuk bereksperimentasi serta berspekulasi bengan strategi dan model harus terus dicoba dan dikembangkan. Di tengah temuan-temuan model praktik seni rupa oleh banyak komunitas dan organisasi, sebuah platform biennal bisa menjadi wadah bagi pencanggihan atau forum untuk praktik-praktik warga tersebut. Biennal juga bias menjadi platform bagi bertemunya kepentingan-kepentingan Negara dan warga. Dilihat sebagai sebuah bagian ekosistem seni-budaya, biennal pun harus dapat berperan lebih jauh lagi ketimbang sebuah perhelatan seni rupa; ia harus bisa berperan sebagai salah satu pilar pendukung dalam membawa seni ke tengah public. Hal ini akan memperluas dampaknya di tengah masyarakat dan seni di beragam kota di Indonesia. Memusatnya medan seni rupa Indonesia yang hanya ramai di Kota Besar khususnya wilayah Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta, membuat Jakarta Biennale mempunya peranan penting untuk memperluas jaringan praktik dan pengetahuan seni rupa ke berbagai kota di belahan Indonesia. Melibatkan kurator dan seniman dari beberapa kota menjadi senjata jitu dan relevan untuk menciptakan dialog. Diharapkan keterlibatan praktisi seni rupa—kurator, seniman, komunitas—dari berbagai kota di Indonesia dapat menawarkan ekspresi dan pengetahuan tentang praktik lokal di berbagai daerah untuk dapat ditawarkan lebih lanjut kepada masyarakat yang lebih luas. Selain membuka peluang untuk saling berbagi, tentu saja Jakarta Biennale juga ingin menunjukkan kondisi sosial budaya kontemporer di daerah lain di Indonesia, melalui karya-karya seni rupa dalam biennal ini. Tidak hanya karya seni rupa yang dipamerkan di Jakarta Biennale 2015, untuk terus meningkatkan animo masyarakat berkenalan dengan seni, panitia Jakarta Biennale juga mengkolaboirasikan dengan beragam kegiatan lain seperti pertunjukkan musik yang menghadirkan sejumlah band indie ternama yang sedang digandrungi kamu muda. Beragam aktivitas lain seperti workshop dan seminar juga terus diadakan pada tiap-tiap akhir pekan. Animo masyarkat terlihat jelas meningkat terutama pada akhir pekan terlebih banyak aktivitas yang disajikan oleh Jakarta Biennale 2015, sebut saja grup musik Stars and Rabbit dan Bonita and The Husband sukses menghibur para penikmati seni yang sedang melakukan lawatan di Jakarta Biennale 2015.
top of page
bottom of page
Comments