top of page

Jakarta Biennale 2015 Ditutup Oleh Silampukau dan OM Penghantar Minum Racun


Hajatan akbar seni rupa kontemporer Jakarta Biennale 2015 akhirnya tuntas pada 17 Januari 2015 kemarin. Pameran yang digelar setiap dua tahunan tersebut telah dibuka untuk umum selama tiga bulan. Selama gelaran seni rupa terbesar Ibukota tersebut digelar, Jakarta Biennale sukses memperkenalkan dan mendekatkan beragam karya seni kepada masyarakat. Tiga hari terakhir, Jakarta Biennale 2015 diramaikan dengan pasar kreatif VI 'Pasar Loak' dengan tema vintage yang dibuka sejak 15 Januari 2015. Selain ditutup dengan pasar kreatif, seniman asal Bandung Tisna Sanjaya juga mengumumkan hasil karyanya selama hampir tiga bulan dipamerkan. Tisna mengungkapkan, aksinya sebagai ritual doa dan penciptaan cetak tubuh bumi. Tepat di hari terakhir, pertunjukan musik dari Silampukau asal Surabaya dan Orkes Moral Penghantar Minum Rancun dari Jakarta juga turut memeriahkan penutupan biennale. Dimulai pukul 19.30 WIB, Silampukau tampil menghibur dengan lagu-lagu dari album Dosa, Kota, & Kenangan. Grup folk Surabaya ini datang menyiarkan kabar dari tanah seberang mengenai kisah kota dan segala macam penghuninya. Sebuah kota tentu terlalu besar untuk direkam dalam sebuah album, namun hal ini tidak menghalangi, tapi malah menunjukkan jenialitas Silampukau dalam menghimpun, merekam, dan mengisahkan kembali cerita-cerita penghuni kota. Setelah puas mengenal Surabaya lewat lantunan nada Silampukau, acara ditutup dengan penampilan Orkes Moral Pengantar Minum Racun atau OM PMR. Ratusan penggemarnya memadati area lobby Gudang Sarinah untuk turut serat berdangdut ria. Ruang pertunjukan penuh sesak hingga jarak personel PMR dengan penonton hanya selambaian tangan. Namun, bukan PMR kalau memedulikan semua itu. Jhonny Madu Matikutu alias Jhonny Iskandar (vokal, suling, dan horamonisir), Adjie Cetti Bahadur Syah (tamborin, perkusi), Yuri Mahippal (mandolin, cuk), Harry Muka Kaphour (gendang), Budi Padukone (gitar), dan Imma Maranaan (bas) terus mengajak berjoget dan mengocok perut penonton lewat lagu maupun dialog konyol. Mereka saling lempar ejek atau canda segar yang memicu penonton pecah dalam tawa. Di usia yang rata-rata kepala lima dan enam, mereka tak berjarak lagi dengan penonton yang tiga puluh hingga empat puluh tahun lebih muda. Sepanjang penyelenggaraan, Jakarta Biennale 2015 yang bertemakan “Maju Kena, Mundur Kena: Bertindak Sekarang” telah menampilkan karya 70 seniman Tanah Air dan mancanegara. Jakarta Biennale 2015 fokus terhadap tiga isu besar, yakni air, sejarah, dan gender. Selain itu, festival ini juga menyelenggarakan berbagai rangkaian program publik. Seperti akademi, lokakarya, edukasi biennale, tur biennale, pasar akhir pekan, dan sebagainya. Jakarta Biennale 2015 terselenggara atas dukungan penuh dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Dewan Kesenian Jakarta, serta Sarinah Dept. Store.

21 views0 comments

Comments


bottom of page