“Awas, nanti ada polisi skena!” Lalu semua penonton tertawa sambil menanggapi MC yang melontarkan topik tentang polisi skena. “Parah, parah banget lo!” Teriak salah satu penonton di kerumunan sambil tertawa. Acara showcase album perdana grup Pijar ini memang sejak awal dikemas dengan santai dan bersahabat. Semua penonton terlihat membaur menikmati musik sambil mengobrol dan bergurau. Tampaknya permasalahan tentang polisi skena dan polisi sosial media tak juga kunjung reda di kalangan penikmat independent gigs di Jakarta. Tak ada batasan (atau definisi) khusus terhadap kata majemuk polisi skena. Hanya saja, jika dapat menyimpulkan, polisi skena diperkirakan sebagai seseorang yang mengkritisi respon penonton terhadap konser (small gigs atau big concert). Hal tersebut akhirnya menjadi sindiran untuk melepaskan kekakuan di lantai dansa. Pada awal showcase dimulai, penonton memang terlihat agak malu-malu untuk menikmati musik. Sampai akhirnya MC melontarkan gurauan tentang polisi skena tersebut dan penonton pun melepaskan “kehausan” mereka untuk berdansa. Grup band yang disebut-sebut sebagai representarif Medan di skena musik tanah air (khususnya Jakarta) akhirnya meluncurkan album perdana mereka yang bertajuk Exposure. Seakan menyerukan keinginan mereka sejak lama untuk menghasilkan karya berbentuk album, kata Pijar pun diimbangi dengan kata Exposure. Pijar dapat diberi batasan sebagai percikan nyala merah kekuning-kuningan karena panas atau terbakar, nyala api, atau percikan logam. Rasanya sangatlah pas jika judul album pertama mereka—yang jika dialihbahasakan—bermakna ‘pencahayaan’. Pijar datang dari Medan untuk menerangi Jakarta. Pijar adalah sebuah grup dengan posisi kuartet yang mendapatkan pengaruh musik dari Franz Ferdinand dan Pulp. Jika Anda baru pertama kali menonton Pijar secara langsung di tahun 2016, pikiran Anda akan melintas jauh ke grup-grup britpop dan britrock tahun 1990-an sampai 2000-an awal. Ada sentuhan Jarvis dan Alex (Kapranos) dalam suara vokalis Pijar. Adapun dari musiknya, penikmat seperti sedang disuguhkan album dance-punk dari Klaxons atau Kula Shaker, atau Yuck. Penonton tidak bisa menahan diri dari berdansa, atau paling tidak, sekadar mengangguk-ngangguk sesuai dengan irama musik. Pada tanggal 3 Februari 2016, Exposure dirilis di Borneo Beerhouse, Kemang. Grup yang terdiri dari Muhammad Fadel Alfredo (vokal, gitar), Ichsan Candra Kusuma Pane (gitar), Teuku Maurah Lizam (bass), dan Aulia Daytona (drums) memilih Borneo Beerhouse sebagai venue gig yang kerap disandingkan dengan Rossi Music dan 365 Ecobar. Acara dijadwalkan mulai pukul 20.00. Akan tetapi rasanya belum “Indonesia” jika acara mulai tepat waktu sehingga baru setengah jam kemudian penonton ramai mengikuti alunan musik Pijar. Akan tetapi, di sela-sela penungguan tersebut lah penonton dapat bercengkrama, sekadar merokok atau menegak bir ringan. Dalam kerumunan orang tersebut pun terlihat Abi dan Ratta dari grup band Bedchamber. Dukungan antargrup sering dilakukan dengan mendatangi gigs-gigs satu sama lain seperti hal tersebut. Seusai acara pun, Alfredo, vokalis dan gitaris dari Pijar, berbincang-bincang dengan kedua personel Bedchamber. Selain meluncurkan album, Pijar juga memutar video klip perdana untuk single pertama mereka, “Selatan”. Sebelumnya, “Selatan” telah masuk dalam mini album dalam format kaset. Perilisan kaset tersebut diiringi dengan momentum Cassette Store Day sehingga nama Pijar pun ikut terangkat. Sekarang, album Exposure pun dirilis dengan dua format, yakni kaset dengan link download licensed MP3 dan juga CD. Jika Pijar didengarkan di mobil, rasanya tepat jika mengatakan bahwa energi mereka di atas panggung tidak ikut dibawa ke dalam album, mungkin sama seperti tanggapan kebanyakan orang tentang grup band Barasuara. Akan tetapi, hal tersebut bukanlah hal yang buruk, hanya saja Pijar menunjukkan nuance yang berbeda di pertunjukan langsung dan rekaman studio mereka. Secara langsung Pijar dapat dilihat sebagai grup yang energetik, khususnya dari sisi vokal yang terdengar sangat lantang. Dengan ditemani dengan Squier Stratocaster, sang vokalis dapat memimpin pertunjukan sehingga enak dilihat dan merdu didengar. Adapun di dalam rekaman studio, suara tersebut tidaklah terdengar, melainkan suara musik yang memang disiapkan secara lebih matang. Dalam rekaman Pijar terdengar lebih halus sehingga perpaduan antara pertunjukan live dan rekaman studio mereka akan menciptakan suatu keutuhan. Terdapat beberapa lagu andalan yang asyik untuk didengar di dalam mobil di malam hari seperti “Moonriver”, “Cinta Remaja”, “Selatan”, “Guardians of the Galaxy”, dan “Leia”. Dilihat dari judul-judul lagunya, Pijar terdengar terpengaruh kultur pop science fiction perfilman dunia. Akan tetapi, riff-riff gitar Pijar sesungguhnya adalah kekhasan utama yang dapat didengar dari grup tersebut.