“What the Fun” sounds like something you would listen in the car at night, in the rain, while also kissing your significant other tenderly. Berlabuh ke awang-awang. Jika Anda baru pertama kali diberi kesempatan untuk mendengarkan alunan musik Trodon, mungkin kalimat kedua tadi dapat menjadi referensi opini Anda. Program yang diberi tajuk “Dino and Imaginations” ini terasa tepat, penonton diajak berpetualang di dalam imajinasinya sendiri. Musik instrumental berbeda dari jenis musik yang memakai vokal sebagai atraksi utama dalam melantunkan nada. Biasanya, makna lagu sudah dapat diraba dalam sebuah lirik yang dinyanyikan sehingga interpretasi pendengar dibatasi oleh tema dalam lirik. Dalam musik instrumental, pendengar diajak supaya menjadi lebih imajinatif. Hanya dengan alunan musik saja, penikmat musik dapat melakukan multi-interpretasi makna di dalam pikiran. Dengan mendengarkan musik dari Trodon, ada banyak hal yang dapat direlasikan dari musiknya terhadap substansi di luar musik. Trodon melantunkan karya-karya instrumental yang mendapatkan pengaruh dari jazz. Akan tetapi, jazz bukan sekadar jazz, genre tersebut diramu kembali, fusioned with progressive rock.Hasil dari kemampuan bermusik yang mantap dan penghayatan dalam memainkan karya membuat usia personel Trodon yang masih relatif muda menjadi tidak relevan. Mereka adalah muda-mudi kreatif yang memiliki kualitas setara atau lebih dari musisi-musisi papan atas yang lebih tua. Dapat dikatakan, personel Trodon adalah prodigies yang dikumpulkan ke dalam satu grup. Trodon lahir pada tahun 2013 dengan nama Tiamat. Akan tetapi, nama Tiamat telah dipakai oleh grup beralunan death metal asal Swedia. Baru di tahun 2014 lalu, Tiamat akhirnya berubah menjadi Trodon. Nama Trodon sendiri diambil dari nama dinosaurus zaman Cretaceous, Troodon. Menurut beberapa referensi dalam jaringan, Troodon adalah jenis dinosaurus yang pintar dan dapat berlari dengan cepat. Tepat sekali menggambarkan musik dari Trodon, cerdas dan fast-paced. Trodon adalah Biondi Noya (gitar elektrik), Irene Pattinaya (keyboard), Nadya Romanenta (saksofon alto dan flute), Aprilia Sitompul (bas), dan Peter Lumingkewas (drums). Mereka telah tampil di sejumlah panggung ternama seperti Rock Campus: Indonesia Maharddhika (2015) dan Music is Music #4 (2014). Barulah di tahun 2016 ini mereka diberi kesempatan oleh Komunitas Salihara untuk tampil dalam rangkaian acara Jazz Buzz 2016: Jazz Sans Frontiéres. Trodon menjadi pembuka daftar penampil dalam Jazz Buzz 2016: Jazz Sans Frontiéres setelah tiga hari sebelumnya (17/2) acara tersebut didahului oleh Lecture Concert Jazz dari Tjut Nyak Deviana Daudsjah. Trodon tampil (20/2) mendahului Tesla Manaf (21/2), I Know You Well Miss Clara (27/2), dan Manticore Project (28/2). Ada lima belas lagu yang Trodon mainkan dalam satu set, yakni “Tyrannosaurus Rex”, “Tiamat”, “A Mynour”, “Apep”, “What the Fun”, “Run”, “Hammer”, “UFO”, “Wasteland Story”, “Highway Pluton”, “Twelve”, “Cyborg Rex”, “Light Bringer”, “Experiment No. 3”, dan “Song of Victory”. Acara Jazz Buzz 2016: Jazz Sans Frontiéres dimulai pukul 20.00. Jauh sebelum Trodon melantunkan musik, penonton sudah berdatangan. Jumlah penonton yang datang untuk Trodon, jika dibandingkan dengan acara musik di Salihara sebelumnya yang menampilkan Malacca Ensemble, jauh lebih banyak. Ruang Teater hampir terisi penuh. Beberapa penonton bahkan harus duduk di barisan paling atas dan paling jauh. Beberapa personel grup progressive lain—seperti grup Kelakar—turut datang menyaksikan penampilan dari Trodon. Konser dibuka dengan lagu berjudul “Tyrannosaurus Rex”. Jika baru pertama kali mendengar Trodon, mungkin penonton akan kaget dan takjub mendengar musik rock yang hampir nyerempet metal difusi dengan permainan jazz saksofon. Akan tetapi, alunan aneh tersebut terdengar merdu, bahkan sangat apik. Dalam lagu “Tiamat”, riff gitar dan bas dimainkan dengan sangat asyik, bas diberi efek suara agak kasar dan tentu saja dimainkan dengan teknik slap and pull, sedangkan gitar menggemakan distorsinya. Adapun dalam lagu “A Mynour”, gitar lebih banyak melakukan strumming dengan sentuhan keyboard dan bas yang halus. Hal tersebut menimbulkan kesan yang dreamy-like. Lagu tersebut disusul dengan intense ending dari instrumen saksofon. Ketika penonton diperdengarkan lagu berjudul “Apep”, lagu tersebut dapat direlasikan dengan permainan console RPG. Terdapat egyptian nuance dalam lagu tersebut karena Apep sendiri adalah dewa Mesir yang berupa ular. Penonton seperti sedang memainkan game RPG petualangan dan menjalankan suatu misi. Sampai pada lagu “What the Fun”, akhirnya Trodon menyuguhkan lagu ballad. Dalam lagu ini, saksofon bernyanyi dengan indah. Lagu ini cocok sekali untuk dimainkan di dalam mobil, di malam hari, dan ketika hujan. There’s a soothing ambience seperti ketika pertama kali mendengarkan lagu “La Pluie” dari Amethystium. Dalam lagu berjudul “Run”, mereka memainkan riff dengan sangat cepat, insanely fast-paced riffs yang membuat penonton kewalahan dengan skill masing masing personel Trodon. Beberapa lagu juga tidak memakai sentuhan alat musik tiup saksofon dan flute, seperti dalam lagu berjudul “hammer”, “UFO”, “Light Bringer”, dan “Experiment No.3”. Namun, ada pula lagu yang mendapatkan sentuhan spesial flute, “Wasteland Story”, dan sentuhan dua saksofon, “Highway Pluton”. Lagu-lagu yang dimainkan dengan kemampuan superb tersebut juga memiliki makna sendiri. Seperti halnya dalam lagu “Hammer” yang merupakan interpretasi personel tentang anggukan kepala penonton dan “Light Bringer” yang berkisah tentang malaikat jahat yang menyamar menjadi baik. Lagu “Light Bringer” tersebut mengingatkan penonton terhadap musik math rock dari Tricot. Adapun dalam lagu berjudul “Twelve”, Trodon mencoba untuk memainkan nada-nada yang berbeda secara berantakan, sekaligus teratur. Ada pula musik dari Trodon yang dipengaruhi oleh console games. Lagu yang berjudul “Wasteland Story” sendiri adalah interpretasi personel tentang perang dan permainan Fallout 3. Konser “Dino and Imaginations” diselesaikan dengan lagu berjudul “Song of Victory”. Dengan demikian, Jazz Buzz 2016: Jazz Sans Frontiéres hari pertama sukses menutupkan tirainya. Keesokan hari pun dibuka dengan permainan dari Tesla Manaf.