“Fight their greed with higher consciousness!” “I made this song for women, so they too, can also rule the world!” Seun Kuti betul-betul mempropagandakan human empowerment dalam setiap kalimat-kalimat yang ia ucapkan di Java Jazz Festival 2016 hari kedua, 5 Maret 2016. Pria asal Nigeria tersebut berhasil membuat TEBS Hall pecah dengan pesan-pesan yang ia sampaikan untuk kemanusiaan, untuk perempuan, dan untuk pemerintah. Phronemophobia pada dasarnya adalah fobia atau ketakutan untuk berpikir. Artinya, jika seseorang mengidap phronemophobia, ia akan mencegah dirinya sendiri untuk berpikir. Akan tetapi, hal tersebut tidak dapat dilakukan jika kita menyaksikan penampilan Seun Kuti. Penonton diajak untuk berpikir. Penonton juga diajak untuk bersuara, menyatakan siapa yang salah dalam pengaturan pemerintahan. Akhirnya kesatuan berpikir tersebut terasa saat semua orang berdiri untuk berdansa beriringan. Awalnya, penonton hanya duduk dan menikmati musik Seun Kuti & Egypt 80. Akan tetapi, satu per satu orang mulai berdiri untuk menghormati grup pionir afrobeat asal Nigeria tersebut karena kejujurannya dalam mengkritik kehidupan. Kemudian akhirnya, di dalam TEBS Hall pun terdapat dancing pit yang menggila. Dapat dikatakan, penampilan Seun Kuti & Egypt 80 tersebut menjadi salah satu penampilan tersukses yang diselenggarakan di Java Jazz Festival 2016. Setelah sebelumnya B3 juga mengguncang TEBS Hall dengan “air bah penonton” yang memenuhi hall dalam waktu sekejap saja. TEBS Hall menjadi salah satu venue yang banyak dikunjungi oleh penonton. Selain menghadirkan musisi-musisi kelas dunia, penonton juga diajak bernostalgia dan menghargai kebaikan. Pada hari sebelumnya, di hall tersebut telah tampil Candy Dulfer, saksofonis funk alto peraih nominasi Grammy pada tahun 1990. Adapun pada hari terakhir Java Jazz Festival 2016, TEBS Hall akan kedatangan Erwin Gutawa & Gita Gutawa Presents di Atas Rata-Rata with Erwin Gutawa Big Band.
top of page
bottom of page