Ketika budaya asing menjadi acuan dan identitas Indonesia direndahkan. Ketika penggalian jati diri bangsa menjadi sebuah cercaan dan dianggap membahayakan. Begitulah kisah yang disampaikan melalui teater musikal 'Sumpah 100 Tahun' yang dibawakan oleh pemuda-pemudi dari REMX Production dan Alphabet Project.
Sebagai karya pertama, lakon ini menyampaikan kisah perjuangan mempertahankan jari diri bangsa dengan bumbu komedi dan percintaan yang tak hanya menghibur penonton, namun juga menyampaikan pesan edukatif yang kental. Dengan mengambil latar tahun 2028, diceritakan bahwa sejarah pada masa itu sudah dilupakan oleh kaum muda-mudi yang terseret arus globalisasi dan gempuran budaya-budaya asing, Bahasa, gaya dan nilai-nilai hidup tak lagi berciri Indonesia. Selaku produser, Yasmin Alvina menyampaikan tujuan teater ini adalah untuk menyadarkan pemuda-pemudi saat ini mengenai akan semakin lunturnya identitas bangsa di masa depan. Pesan ini disampaikan sebisa mungkin dengan cara yang tidak menggurui.
Sebagai kisah perjuangan, drama musikal ini banyak menyematkan keberagaman nilai-nilai budaya Indonesia. Para pemain yang dipilih melalui tahap audisi dari 1.071 peserta tak segan mengeluarkan seluruh kemampuannya dalam bersandiwara pun tarik-suara untuk menciptakan adegan-adegan yang terasa nyata dan menggugah emosi. Selain menggubah lagu khusus untuk pertunjukkan ini, beberapa lagu lawas Indonesia yang sudah diaransemen ulang oleh Dyon Mardo dan Dzulfikri P. Malawi menjadi pengiring yang fresh sepanjang penampilan.
Teater yang disutradarai oleh Alexander Damara ini resmi berakhir pada tanggal 13 Maret 2016 setelah lima kali penampilan pada tiga hari berturut-turut sejak 11 Maret 2016 di Ciputra Artpreneur Theater, Jakarta. Usai pertunjukan para penonton yang hadir pun menyempatkan diri untuk berfoto dengan para pemain: Fendy Chow, Farah Dina, Jovial Da Lopez, dan pendukung lainnya yang sudah cukup dikenal oleh kalangan muda di media sosial.