Pada hari Sabtu, 26 Maret 2016 lalu, Ardina Rasti diberi kesempatan untuk membagi pengalamannya dalam sebuah seminar psikologi terkait kekerasan. Aktris film Virgin tersebut diundang ke seminar “Fenomena Kekerasan Perilaku dan Emosional pada Anak dan Keluarga” di Universitas Mercu Buana (UMB), Jakarta Barat. Hari tersebut menjadi hari yang spesial bagi mahasiswa dan civitas academica Universitas Mercu Buana, khususnya mahasiswa Psikologi. Pusat Konsultasi Psikologi (PKP) UMB yang telah didirikan dari tahun 2015 tersebut akhirnya diresmikan. Seiringan dengan peresmian tersebut, Arist Merdeka Sirait, Nathanael Sumampouw, dan Ardina Rasti ikut meramaikan rangkaian pembukaan dalam sebuah seminar. Tika Bisono, salah satu Psikolog ternama di Indonesia, menjadi Ketua Pelaksana acara peluncuran dan seminar tersebut. Penonton telah siap sedia menuju Auditorium lantai 7, Tower UMB, sejak pukul 08.00. Adapun acara baru dapat dimulai sekitar pukul 09.00. Ketika pembicara dalam seminar akhirnya membeberkan topik yang sangat mendalam mengenai kekerasan kepada anak dan keluarga, penonton memerhatikan dengan seksama. Arist Merdeka Sirait, Ketua Umum Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak, menjalankan perannya sebagai “bapak” dari semua anak di Indonesia. Imbauan, teguran, saran, dan persuasi ia uraikan dalam bincang-bincangnya. Beberapa fakta tentang kekerasan terhadap anak di Indonesia membuat para peserta tercengang. Pada tahun 2015, terdapat 6.725 kasus kejahatan seksual terhadap anak yang dilaporkan ke Komnas Perlindungan Anak. Komnas tersebut pun telah menyatakan bahwa Indonesia berada dalam status darurat kejahatan seksual terhadap anak sejak tahun 2010. Hal tersebut menyadarkan masyarakat bahwa anak-anak kini sulit mendapatkan hak-haknya. Selain itu, Nathanael Sumampouw, dosen Fakultas Psikologi dari Universitas Indonesia, lebih melakukan pendekatan terhadap pelaku dan penyintas kekerasan. Pendekatan tersebut tentu dilakukan berdasarkan teori-teori psikologi. Ia menyayangkan tindakan masyarakat yang sering kali melakukan justifikasi terhadap pelaku kekerasan tanpa mengetahui kondisi mental pelaku tersebut. Berdasarkan data yang ia peroleh, banyak pelaku kekerasan yang ternyata juga merupakan penyintas kekerasan di masa lalu. Akhirnya, seminar tersebut ditutup oleh kisah Ardina Rasti yang menjadi survivor tindak kekerasan mantan pacarnya. Secara umum, seminar tersebut telah membuka mata peserta agar menjadi masyarakat yang anti-kekerasan.
top of page
bottom of page