top of page

Teater Koma Mengulang Sukses Lewat Semar Gugat


Mengulang kejayaan. Mungkin tepat untuk kita ungkapkan kepada salah satu kelompok teater terbesar di Tanah Air yaitu Teater Koma. Setelah 20 tahun berlalu, Teater Koma yang didukung oleh Djarum Apreasiasi Budaya kembali mengangkat Semar Gugat ke panggung pertunjukan. Pementasan Semar Gugat tersebut digelar di Gedung Kesenian Jakarta, Pasar Baru pada tanggal 3—10 Maret 2016 lalu.

Lakon ini bercerita tentang Kerajaan Amarta yang sedang geger. Hal ini Disebabkan, Srikandi meminta mas kawin yang tidak wajar kepada sang calon suami, Arjuna. Saat pesta pernikahan nanti, Arjuna harus memotong kuncung Semar untuk dihadiahkan kepada Srikandi. Hal ini tentu saja merupakan penghinaan besar bagi sosok Semar dan keluarganya. Padahal, hal itu merupakan ulah Betari Permoni yang merasuk ke dalam raga Srikandi untuk bisa bermesraan dengan Arjuna. Akhirnya Semar pergi ke Khayangan, menggugat dikembalikan jadi wujudnya yang rupawan agar tidak terus menerus menjadi bahan olokan kerajaan. Setelah membuat heboh khayangan, Semar yang merupakan jelmaan dewa akhirnya direstui turun kembali ke dunia menjadi seorang raja di Simpang Buwana Nuranitis Asri, dengan gelar Prabu Sanggadonya Lukanurani. Tak lama kemudian, Semar memutuskan untuk menantang Arjuna dan Srikandi dalam adu sakti. Namun, sayangnya kekuatan kentut maha dahsyat yang dimilikinya hanya mampu dikeluarkan kala ia menjadi sosok Semar, bukan sebagai Prabu Sanggadonya. Setelah sadar akan sikapnya yang dirasa terlalu menyimpan dendam, akhrinya Prabu Sanggadonya meminta kembali sosok lamanya sebagai punakawan atau pelayan Pandawa, yaitu Semar. Semar Gugat yang pernah dipentaskan di tahun 1995 ini, membuat sang penulis, N. Riantiarno mendapat penghargaan South East Asia Writers tahun 1998 di Thailand yang diserahkan oleh putra mahkota Thailand, Pangeran Maha Vajiralongkorn. Panggung Teater Koma lewat Semar Gugat ini turut diramaikan oleh sejumlah aktor kawakan seperti Budi Ros sebagai Semar, didukung oleh Dorias Pribadi, Rita Matu Mona, Emanuel Handojo, Asmin Timbil, Raheli Dharmawan, Alex Fatahillah serta Daisy Lantang. Tidak ketinggalan pula Cornelia Agatha, Tuti Hartati Dwi, Dana Hassan, Bayu Dharmawan Saleh, Andhini Puteri Lestari, Ina Kaka, Angga Yasti, Julung Ramadan, Bangkit Sanjaya serta Rangga Riantiarno. Cornelia Agatha yang memiliki kecintaan pada teater juga turut berperan sebagai Permoni dalam lakon ini. Penataan gerak dipercayakan kepada Sentot S. yang juga menangani koreografi “Semar Gugat” tahun 1995. Tata busana digarap oleh Rima Ananda Omar. Komposisi lagu karya Idrus Madani yang diaransemen oleh Fero A. Stefanus. Skenografi dirancang oleh Taufan S. Chandranegara. Pengarah teknik Tinton Prianggoro berkoordinasi dengan pimpinan panggung Bayu Dharmawan Saleh. Semua dikomandoi oleh co-sutradara Ohan Adiputra dan sutradara N. Riantiarno. Selain mendukung pertunjukan, Djarum Apresiasi Budaya juga berpartisipasi dalam program apresiasi seni pertunjukan Teater Koma, yaitu sebuah program yang bertujuan untuk mengajak guru, mahasiswa, dan perwakilan pekerja seni teater di Jakarta untuk menonton pertunjukan Teater Koma. Program ini diharapkan memberikan ruang apresiasi bagi masyarakat terutama yang belum pernah menonton karya Teater Koma sebelumnya, sehingga mereka menemukan referensi mengenai sajian artistik serta konsep dramaturgi yang detil dari karya Teater Koma.

51 views0 comments
bottom of page