Kota Kasablanka, 16 April 2016—Hari itu, Kota Klasabanka terlihat lebih ramai dari biasanya. Terdapat banyak sekali acara yang diselenggarakan di mal berbasis Jakarta Selatan tersebut. Khusus pada hari itu, Jakarta Creative Week kembali menunjukkan giginya di hadapan para pengunjung mal. Letak acara yang strategis—di depan toko-toko pakaian bermerk seperti Pull & Bear, Zara, dan H&M—menjadikan Jakarta Creative Week salah satu pencuri perhatian dalam bidang fashion.
Jakarta Creative Week merupakan rangkaian acara The Trilogy Exhibition yang diselenggarakan oleh IDCREATIVEWORLD. Seperti tahun sebelumnya, Jakarta Creative Week akan disusul dengan Bandung Creative Week dan Balinesia F.A.C.E. Tema yang diambil untuk The Trilogy Exhibition kali ini adalah “the embellish moda”. Adapun pada tahun 2015, tema acara tersebut adalah “black and white”. “The embellish moda” dimaknai sebagai ‘usaha untuk memperindah mode’. Maksud dari makna tersebut adalah agar pameran tersebut dapat menjadi wadah bagi para desainer dan merk lokal Indonesia untuk mengembangkan dan memperluas jaringan, membangun image dan positioning, serta menjaga eksistensi brand. Dilihat dari pengambilan frase creative week dalam judul acara, Jakarta Creative Week tidak menggambarkan sebuah acara yang lazim disebut dengan creative week. Dalam London Creative Week dan Capetown Creative Week, konten yang ditonjolkan dalam acara lebih mengerucut kepada inovasi industri media, jurnalisme, teknoloi, seni, dan kreativitas. Biasanya, creative week menyediakan konferensi antarmedia, lokakarya fotografi, dan hal-hal yang terkait dengan media lainnya. Sangat berbeda dengan Jakarta Creative Week yang mengutamakan fashion. Akan tetapi, kata ‘creative’ dalam Jakarta Creative Week memang diambil dari nama penyelenggara acara, IDCREATIVEWORLD, yang didefinisakn sebagai fashion and lifestyle event organizer. Tentunya, acara Jakarta Creative Week dapat disaingkan dengan acara-acara fashion ternama lainnya. Penyelenggaraannya di tiga kota kosmopolitan di Indonesia membuat Jakarta Creative Week diperhitungkan. Tujuan Jakarta Creative Week untuk menjaga eksistensi pelaku bisnis fashion di dunia kreatif di tengah persaingan yang ketat juga menjadi hal yang diapresiasi pelaku bisnis tersebut. Tidak salah jika Jakarta Creative Week disandingan dengan dua acara berbasis fashion dan kecantikan lainnya, yakni fashion week dan Cosmobeaute. Walau pun demikian, dapat terlihat perbedaan fokus dari tiap-tiap acara fashion dan kecantikan tersebut sehingga membuat masing-masing acara menonjol dalam bidangnya. Dengan berbagai lokakarya jitu yang terdapat dalam Jakarta Creative Week, acara tersebut mempertahankan eksistensinya di kalangan peminat fashion. Seminar-seminar dan fashion talk, menjadi salah satu daya tarik acara tersebut. Jakarta Creative Week berharap agar pelaku bisnis fashion dapat menjadi aktif, kreatif, dan inovatif untuk membuat produk yang tepat sasaran secara strategi bisnis, serta tidak kalah di persaingan lokal atau pun internasional. Konten yang dihadirkan untuk pelaku bisnis tersebut memang tidak terlepas dari edukasi dan rekreasi. Tahun ini, Jakarta Creative Week kembali dengan Stylist Talks dan Fashion Show yang patut diperhitungkan. Tidak main-main, bincang-bincang dengan stylist pada acara kali ini menghadirkan Michelle Ziudith, aktris yang mengawali kariernya dalam ajang Miss Celebrity 2010. Sudah tidak terhitung jumlah sinetron dan FTV yang dimainkannya. Kali ini ia datang dalam stylist talks di Jakarta Creative Week 2016 hari pertama. Selain itu, fashion show yang ditunggu-tunggu juga menghadirkan Istituto di Moda Burgo Indonesia, sebuah institut fashion Italia yang berada di Bellagio Mall, Mega Kuningan. Kali ini mereka mempersembahkan hasil karya kesepuluh murid paling berbakat dari batch 2016. Sepuluh murid tersebut adalah Gita Angesti dengan “Angst”, Elora Clear Esta dengan “ELORACE”, Merliza Terian dengan “ESE Studio”, Hilda Fera dengan “Flo”, Melanie Setiawan dengan koleksi self-titled, Noni dengan “/mininoni”, Oxcel dengan “OXCEL OXCEL”, Faharur Rozi dengan “Oziemo”, Pamela Villavicencio dengan “PLY”, dan Lavinia Sofia dengan “Young Blood”. Kesepuluh koleksi tersebut menampilkan gaya masing-masing desainer yang sangat berbeda. “Angst” contohnya, memperlihatkan pakaian-pakaian serba hitam, sedangkan “ELORACE” menonjolkan sisi feminin dan independen.