Diliput oleh Alfi Khairi
Salihara International Performing-arts Festival (SIPFest), festival dua tahunan yang menampilkan karya-karya apik seni pertunjukan dari dalam dan luar negeri, kembali dipentaskan oleh Komunitas Salihara mulai 4 Agustus hingga 9 September 2018 .
Mengusung tema "Di Seni Senang" SIPFest kali ini menjadi lebih istimewa karena sekaligus merayakan 10 tahun Komunitas Salihara yang jatuh pada tanggal 8 Agustus 2018.
"Split" karya Lucy Guerin, koreografer ternama dari Australia yang pernah mendapatkan Bessie Award pada 1996 akan menjadi pertunjukan pembuka SIPFest 2018. Tarian Split menerima penghargaan bergengsi kategori penari terbaik dari Helpmann Awards 2017. Pertunjukan tari lainnya akan menampilkan Heretics karya Ayelen Parolin (Belgia), dan Parallèles karya Abderzak Houmi (Prancis).
Pada pentas musik, ada Quator Bozzini (Kanada) yang pada malam pertama akan membawakan karya dari empat komposer muda Indonesia dan pada malam kedua membawakan karya komposer Amerika Serikat dan Kanada. Pentas musik lainnya, Ju percussion Group (Taiwan) akan menampilkan Stunning Virtuosity dan Quasar Quatuor de Saxophones (Kanada) akan menampilkan karya-karya akustik dan campuran yang akan dimainkan dengan ciri khas kwartet saksofon kontemporer dan Toccata Studio (Malaysia) membawakan Space Age: The Phantom Power.
Pada sesi lokakarya, Jim Adhi Limas akan hadir dalam "Omongobrolan", pembacaan karya Roland Dubillard (1923-2011) yang ia terjemahkan sendiri dan menceritakan pengalamannya selama 50 tahun di Perancis. Akan hadir juga Ananda Sukarlan dengan bahasan Komposisi Piano abad ke 20, dan seniman legendaris Didi Nini Thowok yang membicarakan Tradisi Lintas Gender dalam Seni Pertunjukan di Indonesia.
Adapun Otniel Tasman, secara khusus akan menampilkan Cablaka, bertepatan hari 10 tahun Komunitas Salihara. Cablaka adalah sebuah karya tari kontemporer berdasarkan khazanah Lengger Banyumasan.
Pada pentas teater, Reza Rahardian dan Sita Nursanti secara khusus akan menampilkan naskah "White Rabbit Red Rabbit" ditulis oleh Nassim Soleimanpour (Iran).
Bukan hanya di ruang tertutup, di ruang terbuka dipamerkan juga karya tiga perupa muda Indonesia (Ahmad Chrisgata, Meliantha Meliawan, dan Gabriel Aries Setiadi) yang mengembangkan gagasan visual menjadi 3 karya trimatra yang dibangun berdasarkan kondisi dan kontur ruang kerja Salihara. Karya-karya tersebut dapat dilihat di area depan, di bawah tangga menuju Teater Salihara, dan di Area Anjung Salihara.
Untuk keterangan lebih lanjut mengenai SIPFest 2018, silahkan mengunjungi: www.salihara.org