Program Indonesia Kita 2018 Budaya Pop: Dari Lampau Ke Zaman Now
Panggung Indonesia Kita ke-30 yang digelar di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki tanggal 5 dan 6 Oktober 2018 menjadi penutup tema “Budaya Pop: Dari Lampau Ke Zaman Now”. Sejak Indonesia Kita muncul di tahun 2011, program ini telah menggandeng banyak seniman dan pegiat seni pertunjukan melalui berbagai pementasan yang dilakukan.
Bagi penggagas ide program Indonesia Kita, Butet Kartaredjasa, “Proses kerja bersama secara terus menerus adalah semangat dan motivasi kami yang sejak awal ingin menjadikan Indonesia Kita sebagai laboratorium kreatif seni pertunjukan. Sejauh ini kolaborasi kami dengan seniman dan pelaku seni dari berbagai daerah, baru mencapai 29 pertunjukan. Semoga di masa mendatang, bisa berkolaborasi lebih banyak lagi”. Di pentas ke-30 ini, Tim Kreatif Indonesia Kita mempersembahkan lakon berjudul “Orang Orang Berduit”, sebagai refleksi atas situasi sosial di masyarakat kita. Dengan gaya dan ciri khas Indonesia Kita yang jenaka dan penuh humor, lakon “Orang Orang Berduit” diharapkan dapat menjadi suatu ibadah kebudayaan untuk merawat ke-Indonesiaan kita.
Agus Noor selaku Direktur Kreatif Program Indonesia Kita, menyampaikan ide dan gagasannya untuk pentas ke-30 ini, “Selain menggabungkan elemen-elemen seni pertunjukan seperti drama, komedi, musik dan tari, pentas kali ini juga akan menggunakan teknik multimedia dan tata cahaya artistik. Bukan hanya untuk menghidupkan skenario panggung, tetapi juga untuk melakukan eksplorasi-eksplorasi teknologi kerja kreatif”.
Lakon Orang Orang Berduit “Dengan kekayaan, kalian bisa mengatur kekuasaan, membeli kebenaran, membiayai kebencian atau membuat sejarah kalian tampak megah. Tapi ada yang tidak bisa dibeli dengan duit kalian!” Begitulah salah satu dialog dalam adegan dalam lakon “Orang Orang Berduit” ini. Apa yang tak terbeli oleh segala macam kekayaan itu?
Dengan gaya komedi satir, lakon ini bercerita tentang dua orang kaya, yang eksentrik, bersaing dan bermusuhan. Ada rahasia di antara kedua orang kaya itu. Dan rahasia itu tersimpan dalam koper merah yang misterius. Nyonya kaya raya pemilik koper merah, memberi perintah kepada asisten pribadinya agar menjaga koper merah itu dengan penuh tanggung jawab. Tidak ada yang boleh membuka isi koper merah itu kecuali sang nyonya. Nyonya kaya itu juga punya koleksi empat suami yang antik. Dan empat suami itu cemburu ketika sang nyonya kaya mencintai seorang yang miskin.
Oleh Agus Noor kisah ini disusun dengan mencampuradukkan gaya misteri, action dan roman. Apalagi di dalamnya ada suasana intrik politik. Dua orang berduit dan berkuasa, yaitu seorang Tuan dan seorang Nyonya, yang selalu menyembunyikan permusuhannya. Siapakah mereka? Inilah misteri dalam kisah “Orang Orang Berduit”. Saksikan lakon seru “Orang-orang Berduit” yang dipentaskan dalam rancangan berikut:
Program Indonesia Kita 2018 Budaya Pop: Dari Lampau Ke Zaman Now
Pentas ke: 30 Judul Pentas: Orang Orang Berduit
Jadwal: 3 kali pentas
Jumat, 5 Oktober 2018 - Pukul 20.00
Sabtu, 6 Oktober 2018 - Pukul 14.00 dan Pukul 20.00
Venue: Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jl. Cikini Raya 73, Jakarta.
Tim Kreatif: Butet Kartaredjasa, Agus Noor & Djaduk Ferianto
Naskah & Sutradara: Agus Noor
Penata Musik : Arie Pekar
Penata Tari: Josh Marcy
Pemusik: Jakarta Street Music
Penari : I-Move Project
Artistik : Ong Hari Wahyu
Pendukung: Butet Kartaredjasa, Cak Lontong, Akbar, Marwoto, Susilo Nugroho, Joned, Wisben, Andy Eswe, Mery Sinaga, Sruti Respati, Desy JKT48, Yu Ningsih, Alexandra Gottardo, Flora Simatupang, Cicilia King, Djihan Raundha & Novita “Inong”.
HTM ORANG ORANG BERDUIT:
PLATINUM: Rp. 750.000
VVIP: Rp. 500.000
VIP: Rp. 300.000
BALKON: Rp. 150.000
Reservasi Tiket:
www.kayan.co.id
www.blibli.com
Informasi:
Kayan Production & Communications
0856-9342-7788 / 0895-3720-14902 / 0813-1163-0001
Budaya Pop: Dari Lampau Ke Zaman Now
Kebudayaan, dengan seluruh hasil karya ciptanya, sesungguhnya sebuah proses penciptaan yang terus-menerus berlangsung, mengikuti pola pikir masyarakatnya. Di setiap era, selalu muncul tafsir, bentuk, ungkapan, bahkan ekspresi-ekspresi baru, yang tak bisa dilepaskan dari proses mengolah kebudayaan yang diwariskan sebelumnya.
Demikian pula dengan karya seni, yang terus menerus diciptakan dengan mengolah dan menafsir karya-karya lama, dengan gaya dan tren yang mengikuti zamannya. Seni selalu membuka dan memberi ruang untuk kreativitas, sehingga masyarakat dapat berekspresi untuk merayakan perubahan. Budaya pop (pop culture) sering dilihat sebagai ekspresi yang menandai perubahan itu.
Kesenian yang tumbuh di wilayah budaya pop, seringkali dengan caranya yang unik memperlihatkan proses kreativitas sebuah generasi dalam hal menanggapi perubahan zaman, sekaligus kehendak untuk mengolah tradisi agar terus relevan dengan situasi zaman. Budaya pop, pada akhirnya sebuah proses yang menandai penciptaan kembali atas apa yang sudah lampau, sehingga tetap punya daya pesona yang memikat.
Proses seperti itu, dengan sendirinya sejalan dengan identitas bahasa, di mana setiap generasi bisa mengekspresikan kecenderungan-kecenderungannya sendiri, dengan bahasa dan gaya sendiri. Budaya pop adalah suara zaman yang menandai kegelisahan dan pencarian. Budaya pop tak hanya soal mengemas ide menjadi lebih populer, tetapi juga sebuah cara sebuah generasi mengidentifikasi diri dan persoalan zamannya.
Tentang Program Indonesia Kita
Indonesia Kita mulai menggelar pertunjukan sejak tahun 2011, dan sejak itulah pentas-pentas yang diadakan menjadi “laboratorium kreatif” bagi berbagai seniman, baik lintas bidang, lintas kultural dan lintas generasi. Dari satu pentas ke pentas lainnya, pada akhirnya mengkristal menjadi sebuah ikhtiar untuk semakin memahami bagaimana proses “menjadi Indonesia”.
Sebagai sebuah bangsa, Indonesia adalah sebuah “proses menjadi”, yakni sebuah proses yang terus menerus diupayakan, proses yang tak pernah selesai, untuk mencapai apa yang menjadi cita-cita bersama, yaitu menjadi 'sebuah bangsa yang berkebudayaan’.
Indonesia Kita telah menjadi sebuah forum seni budaya yang bersifat terbuka, yang mempercayai jalan seni dan kebudayaan sebagai jalan yang sangat penting untuk mendukung 'proses menjadi Indonesia” itu. Terlebih-lebih ketika Indonesia hari ini seperti rentan dan penuh berbagai persoalan, maka merawat semangat ke-Indonesia-an menjadi sesuatu yang harus secara terus-menerus diupayakan.
Indonesia Kita yang secara berkala dan rutin diselenggarkan, pada akhirnya telah mampu meyakinkan penonton untuk melakukan apa yang seringkali disebut oleh Butet Kartaredjasa, sebagai “ibadah kebudayaan” yakni semangat untuk bersama-sama mendukung dan mengapresiasi karya seni budaya. Pentas-pentas Indonesia Kita mendapat apresiasi yang baik, tanggapan positif, dan mampu menjadi ruang interaksi tidak hanya antara seniman dan masyarakat penonton, melainkan juga antara penonton dan penonton. Sebuah komunitas kultural terbentuk, di mana penonton kemudian menghadiri pentas-pentas Indonesia Kita, sebagai wujud dari “ibadah kebudayaan”.
Jangan Kapok Menjadi Indonesia.
Terima Kasih.