top of page
Writer's pictureYudika Nababan

ARDHITO PRAMONO RILIS "WIJAYAKUSUMA"

Ardhito Pramono Rilis Lagu Pop Indonesiana
Bersama Aksara Records Berjudul “Wijayakusuma”, salah satu materi dari album Ardhito yang akan datang


Solois asal Jakarta, Ardhito Pramono, telah resmi merilis single terbaru “Wijayakusuma” pada

Kamis (7/7) ini. “Wijayakusuma” menjadi karya perdana Ardhito pasca menyelesaikan masa

rehabilitasi, sekaligus penanda kembalinya label rekaman Aksara Records setelah hampir 13

tahun tidak beroperasi. Lagu ini diproduseri oleh Gusti Irwan Wibowo dan ditulis bersama

Narpati ‘Oomleo’ Awangga.


Ardhito mulai menciptakan “Wijayakusuma” sejak awal 2021, ketika ia menjadi saksi

penggusuran kawasan asri di Canggu, Bali, demi vila yang akan dibangun oleh warga negara

asing. Awalnya, ia ingin mengritik peristiwa tersebut lewat sebuah lagu, sebelum Oomleo

membalas kritik Ardhito sebab karya-karyanya yang minim sentuhan Indonesia.

Ardhito pun menggeser perspektif idenya dan melahirkan “Wijayakusuma”, tembang pop

Indonesiana dua babak bercerita seputar eksistensial diri. Di babak pertama, Ardhito

mempertanyakan makna hidup dengan iringan khidmat piano, orkestrasi yang lirih, juga

adakalanya sahut paduan suara. “Laju senja, pasrah gelap tiba. Tertunduk, termenung,

terkulai, terlunta. Cemas akan guna,” begitu penggalan liriknya yang ia tuliskan dengan

padanan aksara autentik, dinyanyikan melalui lekuk pop Indonesia kala 50 tahun silam.

“Banyak kecemasan gue akan … ‘guna gue apa, ya? Gue musisi, main film, penyiar juga. Terus

apa?’ Malah jadi mempertanyakan fungsi diri gue. Gue cerita banyak ke Oomleo, untuk itu

akhirnya gue sertakan dalam lirik,” jelas Ardhito tentang bagian awal “Wijayakusuma”.

Liriknya kemudian berkembang seiring lagunya melaju mencapai babak kedua, ketika ia

mengaitkan makna hidup dengan alam semesta yang digambarkan oleh kekayaan alam

maupun budaya Indonesia.


Aransemennya pula tumbuh selaras dengan semakin megahnya bagian orkestrasi maupun

paduan suara, serta diramaikan oleh komposisi gamelan dan nyanyian sinden dari Peni

Candra Rini, pelaku macapat asli Solo. Jika digambarkan, “Wijayakusuma” selayaknya luapan

energi eksploratif mendiang Chrisye yang terpantik berkat sejawatnya seperti Eros Djarot,

mendiang Yockie Suryoprayogo, Keenan Nasution, hingga Guruh Soekarnoputra. Ardhito

bukan berusaha mereplika zaman emas itu. Ia menjembatani semangatnya untuk masa ini.

“Awalnya lagu ini tidak bisa gue rekam karena gue tidak tahu cara menyanyikannya,” ungkap

Ardhito mengenai kesulitan membuat “Wijayakusuma”. “Di-take pertama, Oomleo merasa

gue tidak nyaman dan terengah-engah. Jadi yang sudah dalam versi lagunya, itu setelah

melalui take ke-100 sekian.” Ia pun mengaplikasikan metode satu kali rekam, demi menuai

esensi olah vokal yang maksimal dalam situasi terbatas, selayaknya periode rekaman

menggunakan pita.


“Gue memang mencoba balik ke zaman dulu untuk proses A sampai Z-nya,” kata Ardhito.

“Meski sudah banyak teknologi yang mendukung, metode yang gue gunakan masih

bersemangat lawas. Meski sudah tersedia jasa orkestrasi yang lebih praktikal di Budapest, gue

lebih memilih untuk merekamnya di Indonesia, dengan pemain-pemain dari Indonesia, dan

beberapa alat rekamnya pun asli dari Indonesia.”

Konsep pop Indonesiana yang diusung Ardhito menjadi salah satu pemicu untuk Hanindito

Sidharta, co-founder Aksara Records, membangkitkan kembali label rekaman tersebut. “Dulu,

Aksara Records berdiri karena kami ingin mendokumentasikan band-band Jakarta yang tidak

berpatokan kepada musik pop atau rock yang ada di pasar pada saat itu. Seperti The Brandals,

The Upstairs, The Adams, dan masih banyak lagi.”


“Sekarang, Aksara Records kembali karena kancah musik pop Tanah Air hari ini sangat seru,

dengan sentuhan pop 80’an atau 70’an. Musik-musik seperti ini bahkan digemari anak-anak

gen Z dan milenial,” jelas Hanin yang juga mengapresiasi industri musik Indonesia hari ini di

mana telah memiliki infrastruktur lebih mumpuni, khususnya di spektrum digital.

Aksara Records juga bakal merilis album penuh terbaru Ardhito Pramono yang direncanakan

terjadi pada pertengahan Juli ini. Selayaknya “Wijayakusuma”, warna musik Ardhito dalam

album tersebut pun akan bernafas ala pop Indonesia lama.


Pramedya Nataprawira

 

Kontak Media:

Creathink Publicist

Aldila Karina

Creathink.Publicist@gmail.com

+62 856 9125 2005

26 views0 comments

Related Posts

See All

Comments


bottom of page