Pada sabtu 25 – 26 Agustus 2017 di Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki, Indonesia Kita pertama kali menampilkan pentas yang lebih futuristic. Berlatar tahun 2099, Laskar Bayaran menampilkan sebuah negara yang dikuasai korporasi global “Paradize Capitol Corporation” dan rakyat hidup diatur dari persoalan hidup, cinta, pikiran, sampai kegiatan ritual.
Dari seluruh wilayah negara tersebut, ada satu wilayah yang belum ditaklukkan, yaitu Hutan Gandamayu yang masih dihuni oleh roh-roh leluhur. Yang konon kata warga setempat, jika orang ada yang berani masuk kedalam hutan akan hilang selama-lamanya dan tidak akan kembali kedunia nyata.
Kehidupan di Hutan Gandamayu ditampilkan secara memukau lewat sebuah wayang yang dipresentasikan secara modern tanpa menghilangkan filosofinya. Lakon ini dilakukan oleh I Made Sidia, seorang dalang wayang asal Bali.
Selain kearah futuristik, pentas ini membuat penonton tertawa dengan tebak-tebakkan yang diberikan kesesama pemain. “hewan apa yang apa yang kuat?” saut Marwoto “hewan apa ya ? emg ada apa yang kuat?” saut Gareng “adalah belalang sama kupu-kupu” saut marwoto “kok bisa? Kan Cuma serangga” saut Akbar “iya lah, siang makan nasi kalo malam minum susu. Tuh udah makan nasi malamnya minum susu lagi” saut Marwoto, dan penonton tertawa terbahak.
Keseruan lainnya saat sedang pentas tiba-tiba mati listrik di Teater Jakarta, tidak membuat para penonton panik melainkan membuat mereka tetap tenang dan tetap berada dikurisnya melihat pemain improve sendiri yang dilakukan dengan pencahayaan menggunakan senter panitia.
berikut liputan lainnya :).