Keputusasaan sudah menjadi sesuatu yang haram. Kenyataan yang sangat lucu tetapi ironis adalah semakin kita terlihat putus asa di hadapan masyarakat, semakin kita dijauhi. Sebaliknya, semakin kita terlihat sempurna di hadapan masyarakat, semakin banyak “teman, keluarga, dan kolega” atau privilese-privilese yang mendekati kita.
Peringkat sosial akan jatuh dengan cepat saat seseorang sendirian dan tidak mendapatkan bantuan. Mereka yang peringkatnya tinggi malah mendapatkan bantuan dari "teman, keluarga dan kolega" mereka. Bahkan mereka juga mendapatkan kekebalan yang berfungsi untuk melindungi mereka dari kritik atau apapun yang berpotensi mengusik peringkat mereka.
Tolak ukur dari proses sintasan yang terbugar itu adalah tampilan luar. Masyarakat menyukai dan menyetujui tampilan yang bagus dan bahagia, tanpa secercah masalah. Tidak ada tempat dan waktu untuk keputusasaan.
Ranggawarsita pernah menulis, “menghadapi zaman edan, keadaan jadi serba sulit, turut serta edan tidak tahan, apabila tidak turut serta melakukan, tidak mendapatkan bagian, akhirnya menderita kelaparan.” Pertunjukan ini adalah pantulan dari realitas tersebut, sekaligus pertanyaan mengenai sampai kapan kita akan membiarkannya berlangsung.