Pada Jumat 10-11 Maret 2017, Indonesia Kita mengawali pertunjukan ditahun 2017 dengan lakon Presiden Kita Tercinta. Ini merupakan pertunjukan ke-23 Program Indonesia Kita. Pertunjukan yang digawangi oleh Butet Kertarajasa, Agus Noor dan Djaduk Ferianto (selaku tim kreatif Program Indonesia Kita) sukses memecah tawa para hadirin yang hadir menikmati pertunjukan Presiden Kita Tercinta.
Presiden Kita Tercinta menampilkan naskah lama yang ditulis oleh Agus Noor. Di mana naskah tersebut adalah naskah yang beliau buat di era Presiden Gus Dur, yang disesuaikan dengan keadaan dan isu politik yang berkembang saat ini.
Dalam lakon ini berkisah tentang sebuah negeri republik yang dilanda isu makar. Presiden dinyatakan menghilang, ada pula yang mengabarkan presiden telah mati dieksekusi. Hal ini menimbulkan suasana negeri menjadi mencemaskan.
Dalam kegaduhan semacam ini, aparat keamanan segera memutuskan untuk mengadakan pemilihan presiden pengganti. Keputusan ini menimbulkan reaksi baru. Banyak dari tokoh negeri yang merasa paling pantas dan layak menjadi presiden pengganti. Hal ini menimbulkan banyak isu, fitnah, dan penyebaran berita hoax terjadi di mana-mana. Namun, yang tidak diduga ialah terpilihnya presiden dari kaum petani. Kemenangan petani dalam pemilihan presiden ini pun ternyata hanyalah sebuah trik.
Nyanyian seriosa dari Daniel Christianto dan Sruti Respati mengawali pertunjukan, didukung oleh iringan musik gubahan Arie Pekar serta tarian dari I Move Project arahan Rita Dewi membawa para hadirin terbawa oleh suasana serius sampai berakhirnya pertunjukan. Namun, hadirnya Trio GAM (Guyonan ala Mataraman) dan duet maut dari Akbar dan Cak Lontong, bak memecah keseriusan yang dibangun dalam pertunjukan ini dengan gelak tawa.
“Sesakti sakti ne uwong, pitekku luweh sakti loh” ucap Gareng Rakasiwi. “Lah ko iso ngono?” tanya Joned dan Wisben Antoro. “Iyaaa, gimana ora sakti, sopo wae uwonge, mesti pincang nek bar nginjek telek’e pitekku” jelas Gareng Rakasiwi. “Nek kuwi ki udu sakti yoo Reeng, kuwi jijik jenenge!” bantahan Joned yang memecah tawa hadirin.
Keseruan lain pun hadir ketika duet Cak Lontong dan Akbar muncul dengan pakaian berwarna merah dan ungu mentereng dan topi panjang layaknya pesulap. Muncul pada suasana yang sendu saat pemakaman presiden terdahulu, yang seharusnya menjadi suasana serius namun pecah karna banyolan mereka. “Saya datang ke sini untuk menghibur...” kata Cak Lontong kepada Istri Presiden. Dengan nada kesal istri sang presiden menjawab “Aku tidak butuh dihibur!” dengan raut wajahnya yang sendu menahan duka atas kematian suaminya. Cak lontong mendekat dan berkata “Anda jangan Ge-er. Saya datang untuk menghibur penonton”. Tak ayal jawaban Cak Lontong membuat seluruh hadirin tertawa dan bertepuk tangan.
Tak hanya sampai di situ, belum selesai penonton tertawa Cak lontong kembali melempar guyonan. “keliatan dari bajunya item-item itu paranormal” ujar Cak Lontong kepada Akbar. “Oooh, kalo putih-putih?” saut Akbar. “Paramedis!” jawab Cak Lontong diikuti gelak tawa penonton. “Kalo pake batik?” tanya akbar kembali. “Ya, para hadirin!” jawab Cak Lontong dan pecahlah tawa hadirin semua.
Dalam pertunjukan Presiden Kita Tercinta, banyak sekali sentilan atas keadaan politik kita saat ini yang dikemas ringan dan penuh canda. Contohnya saat Cak Lontong mengomentari para tentara yang berhitung dan berhenti di angka satu. “Dari tadi satu satu terus, kan ini putaran kedua sudah ngga ikut” tentunya semua hadirin yang ada tertawa kegelian. Atau saat Cak Lontong menguji kemampuan intelektual para tentara dengan pertanyaan “Sebutkan 4 nama ikan...” dan salah seorang tentara menjawab “ikan kon.....” yang membuat tawa kembali pecah di gedung Teater Jakarta malam itu.
Dengan harga tiket berkisar Rp 200 ribu untuk balkon, Rp 300 ribu untuk kategori VIP, Rp 500 ribu Kategori Platinum, hingga Rp 1 juta untuk kategori Utama, dengan 1.200 tiket yang tersedia semua ludes terjual dalam sekali pertunjukan. Hal ini menunjukkan kesuksesan ibadah budaya pada 10-11 Maret 2017 lalu.