Diliput oleh: MDRT.MVMNT
Ibadah kebudayaan (meminjam istilah Butet Kertarajasa), ke-25 yang digelar pada 25 dan 26 Agustus 2017 lalu, mencoba meliarkan imaji dengan pertunjukan yang bertajuk “Laskar Bayaran”. Lakon ini berlatar waktu tahun 2099 yang dipentaskan dengan gaya futuristik. I Made Sidia, seorang dalang asal Bali, merupakan sosok yang dapat menggambarkan bagaimana wayang dapat dipresentasikan secara modern tanpa menghilangkan filosofinya. Bersama sang ayah I Made Sadja dan juga anaknya, I Kadek Sugi Sudiarta, merespon wayang dengan teknik yang berbeda, yakni wayang listrik. Hal ini menandai hasil dari proses akulturasi wayang dari generasi ke generasi.
Seperti biasa, pementasan Indonesia Kita selalu bertabur bintang diantaranya, Lola Amaria, Cak Lontong, Akbar, Marwoto, Agung Ocha, Angelina Arcana, Jean Couteau, Pino Confessa, Trio GAM, Anggis Devaki, Melyananda, dan Clekontong Mas.
Bercerita tentang korporasi global bernama “Paradize Capitol Corporation” menguasai sebuah negeri dan rakyat hidup dalam koloni yang serba ‘tertib’. Segala hal dari percintaan, pikiran, sampai pada ritual keagamaan diatur ketat dan dikenai pajak. Alih-alih untuk menjaga ketertiban, Paradize Capitol Corporation membentuk Laskar Bayaran, yang bertugas untuk mengawasi, dan mengontrol kehidupan masyarakat dengan menarik pajak.
Pementasan kali ini, tim kreatif Indonesia Kita dilengkapi oleh Putu Fajar Arcana, seniman asal Bali yang juga konsisten dalam menghasilkan karya penuh makna. Selain itu, ada pula gitaris kenamaan asal Bali yang dikenal memiliki magic finger, yakni Balawan. Berperan sebagai komandan Laskar Bayaran yang cukup mampu mengimbangi dagelan dari Marwoto.
Sampai di suatu latar pelabuhan, datanglah seorang berkebangsaan Perancis yang datang ke Paradize Capitol Corporation untuk mencari leluhurnya bernama Louis Lontong. Diperankan oleh Cak Lontong, tentunya menjadi hal yang membuat gelak tawa penonton terpancing. Bagaimana tidak, Cak Lontong memerankan seorang berkebangsaan Perancis, namun lebih fasih berbahasa Indonesia dengan logat jawa.
Rupanya kehadiran Cak Lontong disambut dengan kecurigaan dari komandan Laskar Bayaran yang diperankan oleh Balawan. Lalu ia mulai mengatur siasat supaya Cak Lontong bisa diusir dari Paradize Capitol Corporation. Dengan berbagai cara dan cerita, akhirnya Cak Lontong dianggap sebagai pencuri dan penipu, lalu diasingkan ke Hutan Gandamayu. Dimana hutan tersebut dipercaya rakyat sekitar sebagai hutan yang angker.
Namun, Cak Lontong justru mampu mengetahui rahasia dari Hutan Gandamayu, dan melaporkannya pada pimpinan Paradize Capitol Corporation. Rupanya semua cerita tantang Hutan Gandamayu adalah siasat dan intrik dari komandan Laskar Bayaran, yang terungkap oleh siasat Marwoto.
Meskipun nampak terjadi banyak ketidaksinambungan cerita dan nalar, namun pementasan mampu menghibur penonton yang hadir mengisi Teater Jakarta malam itu.
Pementasan kali ini pun tak ayal mampu mengingatkan kita pada kasus terungkapnya laskar cyber bayaran / pasukan nasi bungkus yang beberapa waktu ini sempat ramai. Di mana banyak berita simpang siur dan sangat meresahkan. Siasat dan intrik yang mereka tebarkan demi menjegal atau melanggengkan kekuasaan pihak tertentu.
Namun, di luar itu semua, pementasan ini hanyalah cerita fiksi karya Agus Noor yang disiapkan berbulan lalu. Bukan hal yang salah pula jika kita menerka suatu kejadian dengan pementasan ini. Karena pada dasarnya seni adalah salah satu media ekspresi dan sarana kritik bagi para penguasa.
Lakon Laskar Bayaran pada sudut pandang yang berbeda mengajak kita melakukan ruwatan massal, yang kemudian menyadari betapa pentingnya memberi ruang hidup bagi kebudayaan. Sensasi-sensasi romantisme dan keindahan di dalamnya diharapkan mampu mengasah empati, perilaku beretika, serta menjunjung tinggi martabat kemanusiaan.
Pada tanggal 20 & 21 Oktober 2017, Indonesia Kita akan kembali mementaskan sebuah cerita yang bertajuk “Koruptor Pamit Pensiun”, yang akan didukung oleh legenda hidup comedian Cak Kartolo. Dengan isu utama seputar korupsi yang telah menggerogoti seluruh sendi kehidupan. Jangan lewatkan Ibadah Budaya selanjutnya!